Neraca Dagang RI Kembali Surplus pada Juli 2025, Cetak Rekor 63 Bulan Beruntun
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan senilai US$4,17 miliar pada Juli 2025.
Surplus ini naik 1,70% dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Begitupun secara tahunan, melonjak 521,79% dibanding Juli 2024 (year-on-year/yoy).
"Neraca perdagangan Indonesia ini telah mencatat surplus selama 63 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020," kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers secara daring, Senin (1/9/2025).
Pada Juli 2025, neraca dagang Indonesia ditopang sektor nonmigas yang surplus US$5,74 miliar. Komoditas penyumbangnya antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15); bahan bakar mineral (HS 27); serta besi dan baja (HS 72).
Namun, surplus nonmigas ini tereduksi oleh defisit perdagangan migas sebesar US$1,57 miliar. Defisit ini disumbang komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
Secara kumulatif, selama Januari—Juli 2025 sektor migas mengalami defisit US$10,41 miliar, sedangkan sektor nonmigas surplus US$34,06 miliar. Dengan begitu, sampai pertengahan tahun ini neraca dagang Indonesia surplus US$23,65 miliar.
Surplus neraca dagang Indonesia pada Januari—Juli 2025 paling banyak berasal dari transaksi dengan Amerika Serikat, yakni sebesar US$10,49 miliar. Disusul India dengan menyumbang surplus US$8,09 miliar dan Filipina US$5,11 miliar.
Sementara, defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan China, nilainya US$12,07 miliar. Lalu Singapura menyumbang defisit US$3,41 juta dan Australia US$3,16 juta.
(Baca: Data Perdagangan Indonesia-Amerika Serikat pada 2020-2025)