Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus US$3,26 miliar pada September 2024.
Perolehan tersebut naik 17% dibanding Agustus 2024 (month-to-month/mtm), tapi turun 4% dibanding September tahun lalu (year-on-year/yoy).
"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 53 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasari dalam konferensi pers, Selasa (15/10/2024).
Pada September 2024 neraca dagang Indonesia ditopang sektor nonmigas dengan surplus US$4,62 miliar. Komoditas penyumbangnya antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, serta besi dan baja.
Namun, surplus itu tergerus oleh defisit sektor migas sebesar US$1,36 miliar, yang disumbang komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
Secara keseluruhan, surplus neraca dagang RI pada September 2024 paling banyak berasal dari transaksi dengan Amerika Serikat, dengan nilai surplus US$1,38 miliar.
Berikutnya ada India yang menyumbang surplus US$942,1 juta dan Filipina US$783,9 juta.
Di sisi lain, defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan China dengan nilai US$630,7 juta. Lalu Australia menyumbang defisit US$369,4 juta dan Thailand US$317,9 juta.
Secara kumulatif, selama Januari—September 2024 sektor migas sudah mengalami defisit US$15,05 miliar, sedangkan sektor nonmigas surplus US$37,03 miliar. Dengan begitu, selama sembilan bulan ini neraca dagang Indonesia surplus US$21,98 miliar.
(Baca: Surplus Neraca Perdagangan Bulanan RI Naik pada Agustus 2024)