Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode 2018-2024, peningkatan persentase laki-laki Indonesia usia 25 tahun ke atas yang berpendidikan minimal sekolah menengah atas (SMA) lebih cepat daripada perempuan.
Pada 2018, persentase laki-laki berusia 25 tahun ke atas yang berpendidikan minimal SMA sebesar 38,27%, 2021 naik menjadi 41,30%, dan 2024 naik menjadi 43,78%.
Sementara itu, persentase perempuan berusia 25 tahun ke atas yang berpendidikan minimal SMA pada 2018 sebesar 30,99%, 2021 naik menjadi 34,87%, dan 2024 naik menjadi 37,64%.
“Laki-laki secara konsisten mengalami peningkatan yang lebih stabil, sementara perempuan mulai mengalami stagnasi sejak 2023,” demikian BPS dalam laporannya.
BPS menambahkan, capaian pendidikan laki-laki pada indikator pendidikan SMA ke atas memang lebih unggul. Namun jika dilihat dari indikator-indikator pendidikan yang cakupannya penduduk usia muda, capaian pendidikan perempuan lebih unggul.
Misalnya, Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-23 tahun, capaian pendidikan perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki. Keunggulan capaian pendidikan laki-laki terlihat pada indikator pendidikan yang cakupannya penduduk usia lebih tua (25 tahun ke atas).
“Hal ini mengindikasikan bahwa kesenjangan pendidikan laki-laki dan perempuan pada indikator persentase penduduk yang minimal tamat SMA lebih banyak dipengaruhi oleh penduduk usia yang lebih dewasa,” ucap BPS.
Sebagai informasi, pendidikan merupakan salah satu indikator dalam dimensi pemberdayaan yang notabene 1 dari 3 dimensi untuk mengukur Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Indonesia.
Pada 2024, IKG Indonesia sebesar 0,421 poin. Menurut BPS, hal tersebut menunjukkan Indonesia kehilangan 42,1% potensi pembangunan manusianya karena ketimpangan gender.
(Baca: Proporsi Biaya Pendidikan yang Dikeluarkan Rumah Tangga Indonesia 2024)