Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Gini Ratio Indonesia mengalami tren menurun sejak September 2014 hingga Maret 2016. Per Maret 2016, Gini Ratio Indonesia turun 0,011 poin menjadi 0,397 dari posisi Maret 2015, yakni 0,408.
Penurunan ini terjadi karena beberapa faktor antara lain, kenaikan upah buruh tani dan bangunan harian, menguatnya perekonomian penduduk kelas menengah ke bawah, pembangunan infrastruktur, pengembangan usaha, serta beragam skema perlindungan sosial yang dijalankan pemerintah.
Gini Ratio merupakan metode untuk mengukur ketimpangan pengeluaran penduduk di suatu wilayah. Semakin tinggi nilai Gini Ratio maka ketimpangan semakin besar sementara jika angkanya semakin rendah berarti ketimpangannya semakin kecil. Data ini dirilis setiap enam bulan, yakni pada Maret dan September.