Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa di Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 182.590 per kapita per bulan. Angka ini mengalami penurunan sebesar 10,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas.
Jika dibandingkan dengan total pengeluaran per kapita sebulan masyarakat Aceh Singkil yang mencapai Rp 1.139.586, maka pengeluaran untuk aneka barang dan jasa hanya menyumbang sekitar 16%. Sedangkan, jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk bukan makanan sebesar Rp 439.648, pengeluaran untuk aneka barang dan jasa mencapai 41,5%. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Aceh Singkil lebih banyak mengalokasikan dana untuk kebutuhan makanan dan bukan makanan pokok.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Aneka Barang dan Jasa Kab. Belitung | 2024)
Secara historis, pengeluaran untuk aneka barang dan jasa di Aceh Singkil cenderung fluktuatif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2018 pengeluaran mencapai Rp 206.946, lalu turun drastis pada tahun 2019 menjadi Rp 146.277. Sempat naik kembali di tahun 2020 menjadi Rp 198.610, kemudian kembali mengalami penurunan pada tahun 2021 menjadi Rp 154.481. Meskipun sempat naik pada tahun 2022 dan 2023, namun kembali turun di tahun 2024. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2020 dengan pertumbuhan 35,8%, sementara penurunan terdalam terjadi pada tahun 2019 turun 29.3%.
Pada tahun 2024, Kabupaten Aceh Singkil berada di peringkat 18 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam hal pengeluaran untuk aneka barang dan jasa. Secara nasional, Aceh Singkil berada di peringkat 386. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Aceh, Kota Sabang mencatat pengeluaran tertinggi untuk aneka barang dan jasa yaitu Rp 429.857 per kapita per bulan, diikuti oleh Kota Banda Aceh sebesar Rp 397.296.
Beberapa kabupaten/kota dengan pengeluaran untuk aneka barang dan jasa tertinggi di Aceh pada tahun 2024 antara lain Kota Sabang dengan Rp 429.857 (pertumbuhan 5%), Kota Banda Aceh Rp 397.296 (pertumbuhan 1,4%), Kabupaten Bener Meriah Rp 362.409 (pertumbuhan 16,9%), Kabupaten Nagan Raya Rp 350.715 (pertumbuhan -7,2%), dan Kota Lhokseumawe Rp 310.446 (pertumbuhan 18,7%). Peringkat kabupaten/kota ini relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya, dengan beberapa perubahan kecil.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Perawatan Kulit Kota Cirebon | 2024)
Kota Banda Aceh
Berdasarkan data dari BPS, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk bukan makanan di Kota Banda Aceh pada tahun 2024 mencapai Rp 1.371.277, meningkat 5.8% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1.296.525,4. Kota ini menduduki peringkat pertama di antara kabupaten/kota se-Provinsi Aceh dalam hal pengeluaran bukan makanan. Pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan dan konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa selain makanan.
Kota Lhokseumawe
Kota Lhokseumawe menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk bukan makanan, mencapai 43.4% dari Rp 622.622,65 pada tahun sebelumnya menjadi Rp 893.134 pada tahun 2024. Kenaikan ini menempatkan Lhokseumawe di peringkat kedua se-Provinsi Aceh. Meskipun pertumbuhan ini tinggi, pengeluaran untuk makanan juga mengalami peningkatan yang cukup besar, mencerminkan peningkatan ekonomi yang merata di berbagai sektor.
Kota Sabang
Kota Sabang mencatat rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan sebesar Rp 890.314 pada tahun 2024, mengalami kenaikan 4.2% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 854.806,72. Kota ini menempati peringkat keempat dalam hal pengeluaran makanan di antara kabupaten/kota se-Provinsi Aceh. Kenaikan ini menunjukkan bahwa konsumsi makanan di Kota Sabang tetap stabil dan mengalami sedikit peningkatan.
Kabupaten Nagan Raya
Kabupaten Nagan Raya menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan dalam rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan, mencapai 24.3% dari Rp 900.975,77 pada tahun sebelumnya menjadi Rp 1.120.129 pada tahun 2024. Kabupaten ini menduduki peringkat pertama di antara kabupaten/kota se-Provinsi Aceh dalam hal pengeluaran makanan. Peningkatan ini mengindikasikan adanya perbaikan dalam kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan.