Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, pada 2024 tercatat sebesar Rp31.050 per kapita per bulan. Angka ini mengalami penurunan sebesar 8,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pengeluaran ini menempatkan Kabupaten Sinjai pada peringkat ke-23 di antara kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan dan peringkat ke-483 secara nasional.
Jika dibandingkan dengan total pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa di Kabupaten Sinjai yang mencapai Rp162.290, pengeluaran untuk perawatan kulit hanya menyumbang sekitar 19,1%. Angka ini lebih tinggi dari proporsi pengeluaran untuk kecantikan secara umum yaitu Rp23.021 atau 14,2%. Pengeluaran untuk makanan jadi mencapai Rp147.532, atau 90,9% dari total pengeluaran, sementara rokok dan tembakau mencapai Rp90.233 atau 55,6% dari total pengeluaran, dan sabun mandi Rp37.885 atau 23,3%.
(Baca: PDRB ADHB Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Periode 2013-2025)
Secara historis, pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Sinjai menunjukkan fluktuasi. Pada 2018, pengeluaran tercatat Rp22.061, kemudian meningkat signifikan menjadi Rp26.921 pada 2019, atau tumbuh 22%. Pertumbuhan berlanjut pada 2020 dengan angka Rp34.362 atau tumbuh 27,6%. Namun, pada 2021 terjadi penurunan sebesar 9,7% menjadi Rp31.021. Sempat naik sedikit pada 2022 dan 2023 menjadi Rp32.773 dan Rp33.924, pengeluaran kembali turun pada 2024 menjadi Rp31.050.
Pengeluaran tertinggi untuk perawatan kulit di Kabupaten Sinjai terjadi pada 2023, sebelum akhirnya mengalami penurunan pada 2024. Jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran selama tiga tahun terakhir (2021-2023) sebesar Rp32.572,67, pengeluaran pada 2024 lebih rendah. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran selama lima tahun terakhir (2018-2022) sebesar Rp29.827,6, pengeluaran 2024 masih lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa minat masyarakat Sinjai terhadap perawatan kulit masih cukup tinggi meski terjadi penurunan tahun terakhir.
Dibandingkan dengan beberapa kabupaten/kota lain di Sulawesi Selatan, Kota Makassar mencatatkan pengeluaran tertinggi untuk perawatan kulit pada 2024, yaitu Rp110.832, meski mengalami penurunan sebesar 8% dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten Bantaeng mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu 144,8% dengan nilai Rp80.457. Kabupaten Enrekang mencatat pertumbuhan 100,6% dengan nilai Rp72.879, sementara Kota Parepare mengalami penurunan 29,3% dengan nilai Rp62.705, dan Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan mencatat pertumbuhan 45,5% dengan nilai Rp61.305.
Kota Makassar
BPS mencatat bahwa rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan di Kota Makassar adalah yang tertinggi di Sulawesi Selatan, yaitu Rp1.012.020 pada 2024, tumbuh 8,9% dari tahun sebelumnya. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan juga tertinggi, mencapai Rp791.682, tumbuh 5,7%. Total pengeluaran makanan dan bukan makanan mencapai Rp1.803.702, tertinggi di provinsi ini, meski mengalami penurunan 3,6%. Kota Makassar menduduki peringkat pertama dalam hal pengeluaran di Sulawesi Selatan.
(Baca: Jumlah Angkatan Kerja dan Persentase Pengangguran di Kabupaten Enrekang)
Kota Parepare
Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan di Kota Parepare mencapai Rp914.616 pada 2024, tumbuh 28,5% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan mencapai Rp621.292, tumbuh 5,2%. Total pengeluaran makanan dan bukan makanan mencapai Rp1.535.908, menempatkan Kota Parepare pada peringkat ketiga di Sulawesi Selatan, mengalami penurunan 11,2%. Pertumbuhan pengeluaran bukan makanan yang signifikan menunjukkan prioritas yang berubah pada konsumsi masyarakat Parepare.
Kota Palopo
Berdasarkan informasi dari BPS, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan di Kota Palopo mencapai Rp822.375 pada 2024, tumbuh 21,3% dari tahun sebelumnya. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan mencapai Rp760.855, tumbuh 24,2%. Total pengeluaran makanan dan bukan makanan mencapai Rp1.583.231, menempatkan Kota Palopo pada peringkat kedua di Sulawesi Selatan, mengalami penurunan 9%. Pertumbuhan pengeluaran untuk makanan menunjukkan bahwa prioritas masyarakat Palopo terhadap kebutuhan pokok masih sangat tinggi.