- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
International Monetary Fund (IMF) mencatat PDB Paritas Daya Beli (PPP) Tuvalu pada 2024 sebesar 1.5 Unit. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (2023) yang mencapai 1.52 Unit. Penurunan ini mengindikasikan potensi perlambatan daya beli masyarakat Tuvalu.
Jika ditilik lebih jauh, data historis menunjukkan bahwa PDB PPP Tuvalu cenderung fluktuatif. Pada 2015, nilainya 1.25 Unit, kemudian meningkat hingga mencapai puncak pada 2022 sebesar 1.59 Unit. Namun, dalam dua tahun terakhir terjadi penurunan, dengan angka 2023 sebesar 1.52 Unit dan 2024 sebesar 1.5 Unit. Fluktuatif karena dalam kurun waktu tersebut mengalami kenaikan signifikan kemudian terjadi penurunan dalam dua tahun terakhir.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kalimantan Barat 2015 - 2024)
Satuan unit dalam data yang disajikan di artikel ini merupakan hasil perhitungan IMF atas nilai PDB harga berlaku mata uang nasional Tuvalu terhadap dolar internasional. Dalam Publikasinya, IMF menyebutkan perhitungan digunakan untuk tujuan penyusunan komposit kelompok negara. Data yang dihasilkan ini dikatakan bukan sebagai sumber utama penyajian data paritas daya beli (PPP).
Dalam tiga tahun terakhir (2022-2024), pertumbuhan PDB PPP Tuvalu menunjukkan tren negatif. Tahun 2022 tumbuh 2.71%, diikuti dengan kontraksi turun 4.65% pada 2023 dan -1.05% pada 2024. Kondisi ini berbeda dengan lima tahun sebelumnya (2017-2021) yang menunjukkan pertumbuhan positif meskipun tidak terlalu signifikan.
Kenaikan tertinggi PDB PPP Tuvalu terjadi pada 2016 dengan pertumbuhan 7.27%, sementara penurunan terdalam terjadi pada 2023 dengan kontraksi -4.65%. Jika dibandingkan dengan 10 tahun terakhir, penurunan pada 2023 merupakan anomali yang perlu diwaspadai.
Secara regional, posisi Tuvalu dalam peringkat PDB PPP di Oseania tetap stabil di peringkat ke-7. Ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan dalam angka absolut, posisinya relatif tidak berubah dibandingkan negara-negara lain di kawasan tersebut.
(Baca: PDB Paritas Daya Beli (PPP) India 2015 - 2024)
IMF memproyeksikan PDB PPP Tuvalu akan terus mengalami kontraksi pada 2025 turun 1%, diikuti dengan sedikit perbaikan pada 2026 dengan kontraksi -0.07%. Pertumbuhan positif diproyeksikan baru akan terjadi mulai 2027, namun dengan angka yang relatif kecil (0.74% pada 2027, 0.47% pada 2028, 0.67% pada 2029, dan 0.66% pada 2030). Proyeksi ini mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi Tuvalu akan berjalan lambat. Kontraksi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi yang negatif atau penurunan dibandingkan periode sebelumnya.
Dibandingkan dengan negara-negara lain di Oseania, PDB PPP Tuvalu jauh lebih kecil. Negara dengan PDB PPP tertinggi di kawasan ini adalah Vanuatu (135.056 Unit). Sementara itu, negara-negara seperti Kiribati (1.038 Unit), Kepulauan Marshall (1.051 Unit), dan Mikronesia (1.085 Unit) juga memiliki PDB PPP yang lebih tinggi dari Tuvalu. Pertumbuhan PDB PPP Tuvalu turun 1.05% juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan beberapa negara lain seperti Nauru (4.28%), Papua Nugini (4.00%), dan Fiji (3.89%).