Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Badung, Bali, mencatatkan angka yang signifikan pada tahun 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pengeluaran mencapai Rp492.298 per kapita per bulan. Ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 17,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten Badung menduduki peringkat pertama di tingkat pulau dan provinsi untuk kategori ini, serta peringkat keempat secara nasional.
Proporsi pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi ini penting dalam konteks pengeluaran total masyarakat. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang jasa di Kabupaten Badung adalah Rp450.365. Sementara itu, pengeluaran untuk kecantikan tercatat Rp69.242, perawatan Rp135.907, rokok dan tembakau Rp156.389, dan sabun mandi Rp111.018. Angka ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi menjadi komponen yang cukup besar dari total pengeluaran masyarakat.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Nusa Tenggara Timur Periode 2018-2023)
Secara historis, pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Badung cenderung fluktuatif. Dalam kurun waktu 2018-2024, terjadi kenaikan signifikan dari Rp331.380 pada 2018 menjadi Rp492.298 pada 2024. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2023, yakni sebesar 53,8%. Akan tetapi, terjadi penurunan cukup dalam pada tahun 2021 turun 24,1%. Hal ini menunjukkan adanya dinamika ekonomi dan perubahan perilaku konsumsi masyarakat dari tahun ke tahun.
Pengeluaran masyarakat Kabupaten Badung secara umum juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan meningkat dari Rp707.281,87 pada tahun sebelumnya menjadi Rp1.081.710 pada tahun 2024, atau tumbuh sebesar 52,9%. Untuk pengeluaran bukan makanan, terjadi kenaikan dari Rp1.034.734,16 menjadi Rp1.502.940, atau tumbuh 45,2%. Ini mengindikasikan peningkatan kesejahteraan dan daya beli masyarakat.
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Bali, Kabupaten Badung menunjukkan kinerja yang menonjol dalam pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi. Kota Denpasar berada di peringkat kedua dengan nilai Rp417.996, diikuti Kabupaten Gianyar dengan Rp277.760. Pertumbuhan pengeluaran di Kota Denpasar mencapai 10,7%, sementara Kabupaten Gianyar mengalami penurunan turun 0,5%. Kondisi ini menempatkan Kabupaten Badung sebagai yang terdepan dalam kategori ini di Bali.
(Baca: PDRB ADHB Sektor Ketenagalistrikan Periode 2013-2024)
#### Kota DenpasarKota Denpasar mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.639.727 pada tahun 2024, tumbuh 31,3% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.249.198,64. Ini menempatkan Kota Denpasar pada peringkat pertama se-Bali. Peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan alokasi dana untuk kebutuhan di luar makanan.
#### Kabupaten BadungKabupaten Badung menunjukkan pengeluaran yang signifikan untuk rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan mencapai Rp1.502.940 pada tahun 2024. Angka ini tumbuh 45,2% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.034.734,16. Dengan demikian, Kabupaten Badung berada di urutan kedua se-Bali. Pertumbuhan ini mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan dan alokasi dana untuk kebutuhan non-makanan di kalangan masyarakat Badung.
#### Kabupaten GianyarKabupaten Gianyar mencatatkan angka rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.127.702 pada tahun 2024. Ini menandai pertumbuhan sebesar 3,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.086.483,17. Kabupaten Gianyar menduduki peringkat ketiga di antara kabupaten/kota di Bali dalam hal pengeluaran non-makanan. Peningkatan ini menunjukkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat Gianyar.
#### Kabupaten TabananKabupaten Tabanan menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan. Pada tahun 2024, angka tersebut mencapai Rp962.775, tumbuh 69,9% dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp566.808,23. Pertumbuhan yang tinggi ini menempatkan Kabupaten Tabanan pada peringkat keempat di antara kabupaten/kota di Bali. Peningkatan ini menunjukkan perubahan prioritas konsumsi masyarakat Tabanan.