Nikel adalah mineral hasil tambang yang bisa digunakan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel), pengecoran logam, sampai produksi baterai kendaraan listrik.
Tapi, kendati punya banyak kegunaan untuk industri, harga nikel di pasar global menurun sepanjang semester I 2023.
Menurut data Bank Dunia, pada Juni 2023 rata-rata harga nikel dengan kadar kemurnian minimal 99,8% di London Metal Exchange (LME) mencapai USD 21.233 per ton.
Harga tersebut turun 3,4% dibanding Mei 2023 (month-on-month/mom), merosot 24,7% dibanding Januari 2023 (year-to-date/ytd), dan melemah 17,2% dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy).
Rata-rata harga nikel pada Juni 2023 juga menjadi yang terendah sejak awal tahun ini, seperti terlihat pada grafik di atas.
(Baca: Ekspor Nikel Indonesia Meroket pada 2022, Rekor Tertinggi Sedekade)
Sebelumnya, pada tahun lalu harga nikel sempat melonjak akibat konflik geopolitik di Eropa.
"Pasar nikel sangat terpengaruh perang Rusia-Ukraina. Rusia menyumbang 6 persen terhadap pasokan nikel global, serta menyumbang 20 persen nikel berkualitas tinggi untuk produksi baterai global," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2023.
"Raksasa pertambangan nikel Rusia, Nornickel, sempat menimbulkan gangguan pasokan, menyusul sanksi yang dijatuhkan negara-negara kepada Rusia. Pada 2022 rata-rata harga nikel naik sekitar 50 persen dibanding 2021," lanjutnya.
Bank Dunia memperkirakan rata-rata harga nikel pada 2022 mencapai USD 28.000 per ton.
Namun, pada 2023 rata-rata harganya diprediksi bakal turun menjadi USD 22.000 per ton, dan melemah lagi ke USD 21.000 ton pada 2024.
"Pertumbuhan permintaan yang lebih lemah, serta persaingan dari baterai non-nikel menimbulkan risiko penurunan harga dalam jangka panjang," kata Bank Dunia.
(Baca: Deretan Negara Penghasil Nikel Terbesar di Dunia pada 2022, Indonesia Nomor Satu)