PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencetak kerugian Rp521,3 miliar pada kuartal I 2023. Padahal, pada kuartal I tahun lalu BUMN Karya ini mampu mencetak laba Rp1,3 miliar.
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya mengklaim, angka kerugian itu muncul karena hasil penjualan di beberapa segmen usaha belum tercatat sepenuhnya.
"Laba kotor yang terbukukan belum optimal, namun hal ini akan ternormalisasi di periode selanjutnya," kata Mahendra, disiarkan Kontan, Rabu (3/5/2023).
(Baca: Ini BUMN Karya dengan Laba Terbesar pada Kuartal I 2023)
Meski ruginya membengkak, pendapatan bersih WIKA pada kuartal I 2023 mencapai Rp4,35 triliun, meningkat 37,4% dibanding kuartal I tahun lalu (year-on-year/yoy).
Namun, perolehan itu tergerus beban pokok pendapatan yang membengkak 43,4% (yoy) menjadi Rp4,02 triliun. Beban usaha WIKA juga membengkak 200,4% (yoy) menjadi Rp236 miliar.
Alhasil, sepanjang kuartal I 2023 WIKA mencetak laba usaha Rp86,3 miliar, jauh lebih rendah dibanding laba usaha kuartal I tahun lalu yang mencapai Rp279,3 miliar.
Total aset WIKA tercatat menurun, dari Rp75,07 triliun pada Desember 2022 menjadi Rp72,74 triliun pada Maret 2023.
Kemudian liabilitas atau utangnya berkurang dari Rp57,58 triliun pada Desember 2022 menjadi Rp55,77 triliun pada Maret 2023.
Ekuitasnya juga menyusut dari Rp17,49 triliun pada Desember 2022 menjadi Rp16,97 triliun pada Maret 2023.
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya menyatakan, mereka akan berupaya memperbaiki kinerja di sisa periode tahun ini melalui efisiensi biaya usaha dan digitalisasi proses produksi.
"Perseroan juga fokus dalam perolehan proyek-proyek baru, memproduksi kontrak-kontrak yang ada secara maksimal," kata Mahendra.
Adapun pada Maret 2023 WIKA digandeng oleh Pertamina Energi untuk membangun terminal LPG di Tuban, Jawa Timur.
Terminal LPG tersebut diproyeksikan akan memenuhi 35% kebutuhan LPG nasional, meliputi area Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, dan Sulawesi.
(Baca: Ini BUMN Karya dengan Utang Terbesar pada Kuartal I 2023)