Pada perdagangan Rabu (20/12), indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia ditutup turun 58,184 poin (0,94 persen) ke posisi 6.109,48 dari rekor tertingginya di 6.167,66 pada penutupan sehari sebelumnya. Ini merupakan penurunan yang ketiga kalinya di bulan Desember 2017.
Dari sisi fundamental, rasio harga terhadap laba (Price Earning Ratio/PER) bursa Jakarta telah mencapai 22,29 kali. Angka ini lebih tinggi dibanding PER bursa saham utama Asia seperti bursa Jepang (19,64 kali), Hong Kong (13,64 kali), maupun Singapura (11,08 kali). Artinya harga saham di bursa Jakarta lebih mahal dibanding bursa utama Asia tersebut.
Harga saham yang sudah cukup mahal, terkoreksinya beberapa bursa Asia, serta indikator teknikal Relative Strenght Index (RSI 14 harian) IHSG yang hampir mendekati level 70 (overbought/jenuh beli) dimanfaatkan oleh para investor melakukan aksi ambil untung. Ini yang membuat IHSG sempat turun di bawah level 6.100. Dari indikator Bolinger Band 20 harian, indeks masih berpeluang berbalik arah naik hingga ke 6.158 bila mampu bertahan di atas level 6.058. Jika gagal, IHSG berpotensi melanjutkan penurunan hingga ke 5.958.
(Baca Databoks: 2017, Sektor Finansial Memimpin Kenaikan Saham di Bursa Jakarta)