Mata uang dolar Amerika Serikat (AS), yang cenderung terus menguat terhadap 6 mata uang utama dunia, berdampak pula terhadap pelemahan mata uang negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Indeks dolar AS terhadap mata uang utama dunia telah berada di level 108,62 pada 23 Agustus 2022, naik 13,54% dibanding posisi akhir Desember 2021 (year to date/ytd).
Nilai tukar rupiah juga terkena imbasnya sehingga melemah 3,88% (ytd) ke level Rp14.838 per dolar AS pada perdagangan 23 Agustus 2022. Namun, pelemahan rupiah ini tidak separah mata uang Asia Pasifik lainnya seperti terlihat pada grafik.
Nilai tukar rupiah tidak terpuruk terlalu dalam karena masih ditopang perekonomian Indonesia yang tumbuh 5,23% (year on year/yoy) sepanjang semester pertama 2022, serta laju inflasi yang masih cukup terkendali di angka 4,94% (yoy) pada Juli 2022.
Selain itu, Bank Indonesia yang telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis points (bps) ke level 3,75% pada 23 Agustus 2022 juga turut menopang pergerakan rupiah. Dengan kenaikan suku bunga tersebut, selisih bunga bersih mata uang rupiah terhadap dolar AS kembali melebar menjadi 125 bps.
Mata uang negara kawasan Asia Pasifik yang mengalami pelemahan terdalam adalah kip Laos, yakni melemah 26,78% (ytd) ke level 15.292,99 per dolar AS pada 23 Agustus 2022.
Diikuti yen Jepang yang terdepresiasi 15,86% (ytd) ke level 136,77 per dolar AS, kyat Myanmar melemah 15,24% (ytd) ke posisi 2.100 per dolar AS, dan won Korea Selatan terdepresiasi 11,57% (ytd) ke posisi 1.345,61 per dolar AS.
Kemudian peso Filipina melemah 9,08% (ytd) ke 56,08 per dolar AS, serta baht Thailand melemah 7,88% (ytd) menjadi 36,05 per dolar AS.
Dolar Hong Kong tercatat sebagai mata uang kawasan yang mengalami pelemahan terkecil terhadap dolar AS, yakni hanya 0,64% (ytd).
(Baca: Alami Tekanan Global, Rupiah Sempat Tembus Rp15 Ribu per Dolar AS)