Laporan keuangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk perusahaan tersebut mencapai US$778,77 juta atau Rp11,96 triliun (asumsi kurs Rp15.359 per US$) pada semester I 2024.
Laba bersih itu turun 10,87% dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) sebesar US$873,83 juta atau Rp13,42 triliun pada semester I 2023.
Sementara itu, pendapatan emiten berkode ADRO ini mencapai US$2,97 miliar atau Rp45,66 triliun hingga enam bulan pertama 2024. Nilainya turun 14,55% (yoy) dari sebelumnya US$3,47 miliar atau Rp53,44 triliun pada semester I 2023.
Melansir Katadata.co.id, salah satu penyebab penurunan pendapatan dan laba itu adalah merosotnya harga batu bara. Meskipun perusahaan mencatat kenaikan volume produksi sebesar 7% menjadi 34,94 juta ton pada semester pertama 2024, namun pendapatan usaha ADRO turun karena amblesnya harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) sebesar 19% akibat melemahnya harga batu bara.
Beban pokok pendapatan turun 13% (yoy) menjadi US$1,76 miliar atau Rp27,11 triliun, terutama disebabkan oleh penurunan beban royalti PT Adaro Indonesia (AI). Di sisi lain, total biaya bahan bakar meningkat 13% sejalan dengan kenaikan konsumsi bahan bakar yang mencapai 15% akibat peningkatan volume produksi.
"Kami pun mempertahankan komitmen untuk memberikan pengembalian bagi para pemegang saham dalam bentuk pembagian dividen tunai serta program pembelian kembali saham perusahaan. Kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada para pemegang saham," kata Presiden Direktur dan CEO ADRO, Garibaldi Thohir dalam keterangan tertulis, Rabu (28/8/2024).
Kini, aset ADRO tercatat sebesar US$10,26 miliar atau Rp157,65 triliun pada Juni 2024. Aset ini menurun 1,98% dari Desember 2023 yang sebesar US$10,47 miliar atau Rp160,85 triliun. Liabilitas tercatat sebesar US$2,56 miliar (Rp39,37 triliun) dan ekuitas US$7,7 miliar (Rp118,27 triliun) pada Juni 2024.
(Baca juga: Penjualan Batu Bara Naik, tapi Laba PTBA Jatuh 26,75% per Juni 2024)