Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) terus ambles sejak dua pekan lalu. Momentum penurunan ini berbarengan dengan masuknya produsen kendaraan listrik berbasis baterai terbesar di dunia, Build Your Dream atau BYD.
Diketahui, BYD masuk ke Indonesia pada 18 Januari 2024. Melansir Katadata, mobil pabrikan China ini berencana berinvestasi Rp20 triliun dan membangun pabriknya di dalam negeri.
Sentimen terhadap masuknya BYD disebut menjadi penyebab rontoknya saham ASII hingga penjualan berbondong-bondong yang dilakukan investor saham asing dalam dua pekan berjalan.
Data Yahoo Finance menunjukkan, harga saham ASII sebesar Rp5.600 per saham pada penutupan perdagangan 12 Januari 2024. Sehari setelahnya turun menjadi Rp5.525 per saham.
Saham ASII nonstop terjun bebas hingga pekan selanjutnya, menjadi Rp5.225 per saham pada 22 Januari 2024. Harga terakhir tercatat Rp5.050 pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis 25 Januari 2024.
Harga saham hari ini pun luruh 15,12% dibanding tahun lalu, 25 Januari 2023, yang sebesar Rp5.950 per lembar saham.
(Baca juga: Resmi Mengaspal di RI, Bagaimana Tren Penjualan Mobil Listrik BYD Secara Global?)
Hadi Soegiarto, Head of Research CGS-CIMB Sekuritas Indonesia mengatakan kepada Katadata bahwa investor asing hanya menyamakan dampak masuknya kendaraan listrik yang ada di negara maju dengan di Indonesia. Menurutnya, pangsa pasar mobil dari Jepang yang didistribusikan oleh ASII seperti Toyota dan Daihatsu masih kuat di Indonesia.
Dia menilai jika kendaraan listrik maupun kendaraan non-listrik keduanya memiliki pangsa pasarnya masing-masing. Masuknya BYD tidak semerta-merta membuat kendaraan non listrik di Indonesia terancam.
"Dan saya rasa ada merek-merek lain yang bakal kena dampak duluan daripada Toyota-nya. Sebab pertimbangan masyarakat berbeda-beda," kata Hadi kepada Katadata, dikutip Kamis (25/1/2024).
Hadi tetap merekomendasikan untuk buy atau beli saham ASII. Dia optimistis ASII akan tetap bertumbuh dengan pangsa pasarnya di Indonesia.
(Baca juga: Saham Astra Gencar Dijual Asing Usai Masuknya BYD, Ini Kata Analis)