Harga Nikel Makin Turun pada Oktober 2023, Bagaimana Prospek ke Depan?

Nikel adalah salah satu mineral kritis (critical mineral) yang menjadi bahan baku untuk produksi baja tahan karat (stainless steel), pengecoran logam, sampai baterai kendaraan listrik.

Kendati begitu, harga nikel tercatat terus turun dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut data Bank Dunia, rata-rata harga nikel dengan kadar kemurnian minimal 99,8% di London Metal Exchange (LME) pada Oktober 2023 mencapai US$18.281 per ton.

Harga tersebut turun 6,9% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom), serta merosot 17% dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy).

Rata-rata harga nikel pada Oktober 2023 juga menjadi rekor terendah sejak awal 2022, seperti terlihat pada grafik di atas.

(Baca: Cadangan Nikel Global Meningkat pada 2022, Tembus Rekor Baru)

Menurut Bank Dunia, harga nikel melemah karena permintaannya berkurang, sedangkan pasokan bertambah.

"Harga nikel turun 9% pada kuartal III 2023 dibanding kuartal sebelumnya, karena melambatnya permintaan baterai Tiongkok dan pertumbuhan pasokan nikel yang pesat, terutama dari Indonesia," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2023.

"Pada saat bersamaan, perkembangan teknologi telah memperlambat pertumbuhan penggunaan nikel di Tiongkok, di mana perusahaan beralih ke baterai berbasis lithium iron phosphate (LFP) yang tidak memerlukan nikel kelas 1 (kemurnian minimal 99,8%)," lanjutnya.

Di tengah kondisi ini, Bank Dunia memproyeksikan rata-rata harga nikel sepanjang tahun 2023 akan turun 14% (yoy), dan turun lagi 10% (yoy) pada 2024, sebelum mulai membaik pada 2025.

"Kenaikan permintaan baterai kendaraan listrik diperkirakan akan mendukung rebound harga nikel pada tahun 2025, dan akan menjadi pendorong permintaan utama di masa depan," kata Bank Dunia.

(Baca: Indonesia, Negara dengan Sumber Daya Nikel Terbesar di Dunia)