GoTo, startup bervaluasi terbesar di Indonesia, berencana mencatatkan saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 4 April 2022. Namun kinerja keuangan perusahaan hasil gabungan Gojek dan Tokopedia tersebut masih mencatatkan kerugian.
Berdasarkan prospektus, angka kerugian GoTo mencapai Rp8,17 triliun hingga 31 Juli 2021. Hingga tutup buku, nilai kerugian tersebut diperkirakan meningkat.
Proyeksi yang dilakukan Indo Premier Sekuritas, perusahaan penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO GoTo, mencatat kerugian perusahaan tersebut mencapai Rp22,8 triliun pada 2021.
Kinerja keuangan yang masih merah tersebut melanjutkan kerugiaan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 2020, GoTo mengalami kerugian sebesar Rp16,74 triliun pada 2020. Pada 2018 dan 2019, perusahaan juga mencatat rugi masing-masing sebesar Rp11,75 triliun dan Rp24,08 triliun.
Meski terus mencatatkan rugi, pendapatan bersih terus meningkat. Dalam laporan keuangan hingga 31 Juli 2021, perusahaan mencetak pendapatan sebesar Rp2,52 triliun. Sementara Indo Premier mengestimasikan pendapatan bersih sebesar Rp6,26 triliun.
Pendapatan tersebut merupakan peningkatan 87% dari Rp 3,33 triliun pada 2020. GoTo mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,44 triliun pada 2018 dan Rp2,3 triliun pada 2019.
GoTo akan melepas 4,35% sahamnya ke publik dalam penawaran umum perdana (IPO) ini. Dengan harga Rp316 - Rp 346 per saham, dana yang dihimpun dapat mencapai Rp17,99 triliun.
(Baca: 31,7% Pendanaan Startup di Indonesia Berlabuh ke GoTo Tahun Ini)