Berdasarkan data Bank Dunia, cadangan devisa Filipina senilai US$108,75 miliar pada 2021. Nilai tersebut cukup untuk membiayai 9,58 bulan impor negara tersebut.
Kemampuan cadangan devisa ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan 6 negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN) lainnya.
Negara dengan kemampuan cadangan devisa negara ASEAN lainnya adalah Thailand, yakni sebanyak 9,03 bulan impor. Diikuti Kamboja sebanyak 7,01 bulan impor, Indonesia sebanyak 6,78% bulan impor.
Setelahnya ada Singapura dengan kemampuan cadangan devisanya untuk membiayai impor sebanyak 6,64 bulan impor, lalu Malaysia sebanyak 6,29 bulan impor, serta Vietnam sebanyak 3,7 bulan impor.
Harga komoditas energi yang cenderung naik dampak dari invasi Rusia ke Ukraina telah memicu krisis di banyak negara. Dengan naiknya harga minyak telah memicu inflasi tinggi dunia ditambah lagi dengan kenaikan harga pangan dunia telah menyulut krisis pangan dunia.
Dengan naiknya harga pangan dunia yang disertai dengan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) membuat harga pangan menjadi semakin mahal. Hal ini membuat kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan komoditas pangannya menjadi semakin terbatas seiring menipisnya cadangan devisa negaranya.
Sebagai informasi, cadangan devisa Bank Indonesia (BI) kembali turun 1,06% menjadi US$130,8 miliar pada September 2022 dari bulan sebelumnya. Adanya kebutuhan bank sentral untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta untuk membayar utang pemerintah yang jatuh tempo membuat cadangan devisa BI menyusut.
Turunnya cadangan devisa tersebut membuat kemampuannya untuk membiayai impor dan utang luar negeri pemerintah juga turun menjadi hanya 5,7 bulan di September 2022. Padahal di awal tahun ini, kemampuan cadangan devisa BI masih mampu untuk membiayai 7,4 bulan impor.
(Baca: Kemampuan Cadangan Devisa Indonesia Terus Turun sampai September 2022)