Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa turun US$4,2 miliar menjadi US$132,2 miliar pada Juli 2022. Bulan sebelumnya, cadangan devisi Indonesia sebesar US$136,4 miliar.
Posisi cadangan tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Kemampuan cadangan devisa untuk membiayai impor dan membayar utang luar negeri menunjukkan tren turun sejak awal 2021. Penurunan cadangan devisa bulan lalu dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Faktor lainnya, kenaikan harga komoditas di pasar global, terapresiasinya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) membuat biaya impor barang menjadi semakin mahal. Sementara itu, pembayaran utang luar negeri jatuh tempo yang cenderung naik seiring meningkatnya jumlah utang luar negeri pemerintah.
Namun, cadangan devisa masih di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Cadangan devisa BI juga lebih bagus dibandingkan dengan beberapa negara yang sudah tidak mampu membiayai impor. Hal itu mengakibatkan negara tersebut mengalami krisis pangan dan energi sehingga memicu gejolak sosial.
“Cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan Sistema keuangan,” seperti dalam keterangan pers yang dirilis BI pada Jumat (5/8).
(Baca: Cadangan Devisa Indonesia April 2022 Turun Jadi US$135,7 Miliar)