Bank Indonesia (BI) melaporkan, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) kembali mengalami pertumbuhan pada Mei 2022. Kendati demikian, pertumbuhannya melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.
Berdasarkan data BI, posisi M2 pada Mei 2022 tercatat sebesar Rp7.854,8 triliun atau tumbuh 12,1% dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Pertumbuhan itu melambat dari April 2022 yang tumbuh 13,6% (yoy).
Perkembangan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 18,4% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya 20,8% (yoy). Selain itu, uang kuasi tumbuh 4,6% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 5% (yoy).
Kemudian, komponen surat berharga selain saham tercatat tumbuh 45,5% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya 59,3% (yoy). Ini sehubungan dengan perlambatan kewajiban akseptasi bank terhadap sektor swasta domestik, sertifikat deposito, dan obligasi dengan jatuh tempo di bawah 1 tahun.
Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan M2 pada Mei 2022 terutama dipengaruhi oleh perkembangan ekspansi keuangan pemerintah dan penyaluran kredit yang tidak setinggi bulan sebelumnya.
Pada Mei 2022, ekspansi keuangan pemerintah tercatat melambat, tercermin dari perlambatan pertumbuhan tagihan bersih sistem moneter kepada Pemerintah Pusat, dari 22,3% (yoy) pada bulan April 2022 menjadi 3,8% (yoy) pada Mei 2022.
Sementara itu, penyaluran kredit pada Mei 2022 tumbuh 8,7% (yoy). Pertumbuhan itu tidak sekuat pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,9% (yoy), sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit modal kerja maupun konsumsi.
Adapun di sisi lain, kontraksi aktiva luar negeri bersih pada Mei 2022 tercatat membaik dibandingkan bulan sebelumnya, dari kontraksi 4,4% (yoy) pada April 2022, menjadi kontraksi 2,9% (yoy) pada Mei sesuai dengan perkembangan cadangan devisa.
(Baca Juga: Naik 13,6%, Uang Beredar RI Tembus Rp7.911,3 Triliun pada April 2022)