Survei Capgemini Research Institute mengungkap, pada 2024 produsen baterai global lebih banyak memproduksi baterai jenis lithium-ion dengan persentase mencapai 98%.
Lithium-ion adalah jenis baterai yang dapat diisi ulang yang biasanya digunakan untuk berbagai perangkat elektronik.
Berikutnya, 18% produsen memproduksi jenis baterai lead-acid. Lead-acid atau biasa disebut accu/aki umumnya digunakan untuk kendaraan bermotor.
Selanjutnya, 14% produsen global juga memproduksi baterai jenis nickel-metal hydride. Jenis baterai isi ulang ini diketahui kerap digunakan untuk kendaraan listrik hibrida (HEV).
Selain itu, 10% produsen memproduksi baterai jenis lithium-sulfur. Jenis baterai ini diketahui bisa diisi ulang dan menjadi alternatif dari jenis lithium-ion karena bisa digunakan di perangkat elektronik.
Produsen global turut memproduksi 3 jenis baterai lainnya dengan persentase tidak lebih dari 2%. Jenis baterai yang dimaksud adalah nickel-cadmium, sodium-ion, dan zinc-air.
Nickel-cadmium adalah baterai isi ulang yang bisa digunakan ke berbagai perangkat elektronik hingga peralatan medis.
Sodium-ion adalah baterai yang mirip dengan lithium-ion. Dalam perkembangannya, jenis baterai ini menjadi alternatif untuk kendaraan listrik.
Sementara itu, zinc-air adalah jenis baterai yang berbasis pada logam seng dan oksigen dari udara. Baterai ini kerap digunakan untuk alat bantu dengar.
“Persentase menunjukkan pangsa produsen baterai yang saat ini memproduksi kimia baterai yang ditentukan,” kata Capgemini Research Institute.
Survei dilakukan Capgemini Research Institute pada September-Oktober 2024. Sebanyak 338 eksekutif senior dari perusahaan manufaktur baterai di 15 negara terlibat sebagai responden survei ini.
(Baca: Beda Pangsa Pasar Baterai Bahan Nikel NCM dan Besi LFP pada 2024)