Riwayat Emisi Karbon Indonesia 2016-2023 Menurut World Bank

Menurut data World Bank yang diolah The Global Economy, volume emisi karbon dioksida (CO2) Indonesia berfluktuasi selama 2016-2023.

Pada 2016 volumenya sebesar 507 juta ton CO2 ekuivalen (million tonnes/Mt CO2 eq). Volume kemudian konsisten meningkat hingga 2019, menjadi 637 juta ton CO2 ekuivalen.

Volume emisi akhirnya turun cukup signifikan pada 2020 menjadi 594 juta ton CO2 ekuivalen, disinyalir karena pembatasan aktivitas akibat pandemi Covid-19.

Sayangnya, volume emisi karbon meningkat lagi. Bobot terbaru pada 2023 sebanyak 675 juta ton CO2 ekuivalen, naik dari 657 juta ton CO2 ekuivalen pada 2022.

(Baca: Penurunan Emisi GRK Sektor Energi Lampaui Target pada 2023)

The Global Economy menilai, volume tersebut terhitung tinggi. Sebab sebagai perbandingan, rata-rata dunia adalah 198 juta ton CO2 ekuivalen, berdasarkan data dari 189 negara.

Jika dilihat secara historis dari 1970 hingga 2023, tim riset menghitung rata-rata emisi Indonesia adalah 283 juta ton CO2 ekuivalen.

"Nilai minimum sebesar 31 juta ton CO2 ekuivalen tercatat pada 1970, sedangkan nilai maksimum sebesar 675 juta ton CO2 ekuivalen tercapai pada 2023," tulis The Global Economy, dikutip pada Kamis (28/8/2025).

The Global Economy memberi catatan, ukuran emisi tahunan karbon dioksida (CO2), salah satu dari enam gas rumah kaca (GRK) menurut Protokol Kyoto yang berasal dari sektor pertanian, energi, limbah, dan industri, tidak termasuk LULUCF (Land Use, Land-Use Change and Forestry/penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan kehutanan).

Satuan pengukurannya (Mt CO2 eq) adalah ukuran semua gas rumah kaca yang telah dikonversi ke dalam dampak ekuivalen CO2. Nilainya dilaporkan dalam juta ton.

(Baca: Pertumbuhan Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia per Sektor Periode 2000-2023)