Pemerintah berupaya mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dengan mempersiapkan beberapa skenario pada 2050. Business as Usual (BAU) merupakan skenario dengan penghasil emisi karbon dioksida terbesar. Dalam skenario dengan penetrasi transisi energi yang rendah, Indonesia masih mencetak 1,3 miliar ton karbon dioksida. Sebanyak 651 juta ton di antaranya berasal dari pembangkit listrik.
Skenario kedua, yakni Market Driven (MD) menekankan pada penetrasi transisi energi yang mulai didukung beberapa kebijakan pengurangan emisi dan mendongkrak energi terbarukan. Emisi yang dihasilkan sebesar 936 juta ton karbon dioksida, menurun 30% dibanding skenario BAU.
Green Transition (GT) merupakan skenario terakhir, ketika energi terbarukan lebih masif digunakan. Serupa dengan MD, beragam kebijakan telah dipraktikkan guna mendukung energi terbarukan. Dalam skenario ini, emisi karbon yang dihasilkan hanya 634 juta ton karbon dioksida.
Berdasarkan sektornya, pembangkit listrik adalah kontributor terbesar penyumbang karbon dioksida. Jumlah emisi dapat ditekan karena penetrasi pembangkit energi terbarukan. Selain itu, transportasi dan industri juga turut andil dalam menghasilkan emisi karbon dioksida.
(Baca: Inilah 20 Perusahaan Energi Penyumbang Emisi Terbesar)