Berdasarkan laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), nilai budaya literasi Indonesia sebesar 57,4 poin pada 2022. Nilai tersebut tercatat meningkat 5,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 54,29 poin.
Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek Aminudin Aziz menjelaskan, nilai budaya literasi menjadi salah satu domain untuk membangun indeks pembangunan kebudayaan.
Menurutnya, meskipun nilai budaya literasi nasional mengalami peningkatan pada 2022, namun angkanya belum cukup baik untuk menciptakan sumber daya yang berkualitas.
"Untuk ukuran sebuah negara yang misalnya harus didorong untuk bersaing untuk mempunyai kompetensi unggul dan kualitas bagus, maka sesungguhnya indeks literasi ini tidak cukup memadai untuk membangun sumber daya manusia yang unggul," kata Aminudin dalam diskusi bersama Komisi X DPR RI, Sabtu (30/9/2023).
Kemendikbudristek menyusun nilai ini berdasarkan sejumlah indikator yang mencakup penduduk yang membaca, baik cetak maupun elektronik; penduduk yang mengakses internet; penduduk yang mengunjungi perpustakaan; dan pemanfaatan taman bacaan masyarakat.
Jika melihat tren empat tahun terakhir, nilainya cenderung fluktuatif dan berkisar di nilai 50 hingga lebih dari 60 poin. Adapun nilai budaya literasi tertinggi nasional terjadi pada 2021 dengan skor 61,63 poin.
Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Muhamad Nur Purnamasidi menilai bahwa perlu adanya koordinasi antar kementerian/lembaga (K/L) untuk merencanakan anggaran pembangunan literasi nasional secara rutin.
"Ketika kita sukses dalam hal literasi, maka otomatis biaya infrastruktur akan berkurang dan itu bisa kita alihkan untuk pengembangan sumber daya manusia," kata Nur dalam kesempatan yang sama.
(Baca juga: Yogyakarta Masih Tertinggi, Ini Daerah yang Paling Gemar Membaca pada 2022)