Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan dua jenis kanker yang paling banyak dialami masyarakat Indonesia. Kedua jenis kanker ini memiliki angka kematian tinggi, yang umumnya dipengaruhi juga karena pendeteksian penyakit yang terlambat.
Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan melalui metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) atau pap smear. Sedangkan deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan metode Periksa Payudara Klinis (SADANIS).
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, sepanjang 2019 sampai 2021 terdapat 2.827.177 perempuan usia 30-50 tahun yang telah menjalani dua jenis deteksi dini kanker tersebut. Jumlah ini baru mencapai 6,83% dari sasaran nasional.
Adapun Kepulauan Bangka Belitung menjadi provinsi dengan capaian deteksi dini kanker rahim dan payudara tertinggi nasional, yakni sebesar 30,24%. Diikuti oleh Sumatera Selatan sebanyak 25,16% dan Nusa Tenggara Barat sebanyak 23,22%.
Sementara itu, provinsi dengan cakupan deteksi dini terendah adalah Papua, yakni hanya 0,03%, diikuti oleh Papua Barat 0,56%, dan Aceh 0,57%.
Provinsi dengan cakupan deteksi dini yang rendah dikhawatirkan akan mengalami peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim dan payudara. Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan cakupan deteksi dini di wilayah dengan cakupan yang masih rendah.
(Baca: Kanker Payudara, Penyakit Kanker Paling Banyak Dialami Masyarakat Indonesia)