Kementerian Pertanian - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mencatat produksi telur ayam buras di Sumatera Barat pada tahun 2024 sebesar 1873.69 Ton. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan turun 35.98% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara historis, produksi telur ayam buras di Sumatera Barat mengalami fluktuasi. Pada tahun 2024, produksi berada di titik terendah dalam 5 tahun terakhir, bahkan lebih rendah dari rata-rata produksi 5 tahun terakhir (2019-2023) yang sebesar 2760.58 Ton. Penurunan ini menjadi perhatian khusus mengingat kontribusi sektor peternakan terhadap perekonomian daerah.
Produksi telur ayam buras di Sumatera Barat menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan dalam dua dekade terakhir. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2004 dengan pertumbuhan mencapai 21.33%, sedangkan penurunan terendah terjadi pada tahun 2024. Dibandingkan rata-rata 3 tahun terakhir (2021-2023) yang sebesar 2801.46 Ton, produksi tahun 2024 jauh lebih rendah. Hal ini mengindikasikan adanya anomali atau faktor-faktor khusus yang mempengaruhi produksi pada tahun tersebut.
(Baca: Jumlah Sekolah SMA di Sulawesi Utara 2018 - 2024)
Secara peringkat, produksi telur ayam buras di Sumatera Barat pada tahun 2024 menduduki peringkat ke-7 di Pulau Sumatera. Peringkat ini turun dibandingkan tahun sebelumnya, yang berada pada peringkat ke-8. Secara nasional, Sumatera Barat berada di peringkat ke-18. Nilai produksi Sumatera Barat lebih rendah dibandingkan beberapa provinsi lain di Sumatera, seperti Kepulauan Riau.
Nusa Tenggara Barat
Dengan nilai produksi sebesar 2477.08 Ton, Nusa Tenggara Barat menduduki peringkat ke-3 di antara pulau-pulau di Nusa Tenggara dan Bali. Meskipun demikian, angka ini mencerminkan penurunan yang cukup besar, yaitu -36.57% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini menempatkan Nusa Tenggara Barat pada peringkat ke-15 secara nasional. Rata-rata pertumbuhan produksi telur di Nusa Tenggara Barat dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun.
Kep. Riau
Kepulauan Riau mencatatkan produksi telur ayam buras sebesar 2351.64 Ton. Angka ini menempatkan Kepulauan Riau pada peringkat ke-6 di Pulau Sumatera dan peringkat ke-16 secara nasional. Penurunan signifikan turun 54.91% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi perhatian utama. Penurunan ini lebih besar dibandingkan provinsi lain di Sumatera, yang mengindikasikan adanya tantangan khusus yang dihadapi oleh peternak ayam buras di Kepulauan Riau.
(Baca: Produksi Kakao Periode 2013-2024)
DI Yogyakarta
DI Yogyakarta mencatatkan produksi sebesar 2259.75 Ton. Meskipun menempati peringkat ke-5 di Pulau Jawa, pertumbuhan produksi DI Yogyakarta menunjukkan peningkatan sebesar 3.63%. Hal ini berbeda dengan tren penurunan yang terjadi di beberapa provinsi lain. Peningkatan ini menempatkan DI Yogyakarta pada peringkat ke-17 secara nasional, menunjukkan potensi yang baik dalam sektor peternakan ayam buras.
Jambi
Dengan produksi hanya 1700 Ton, Jambi menduduki peringkat ke-8 di Pulau Sumatera dan peringkat ke-19 secara nasional. Penurunan drastis turun 88.78% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi perhatian serius. Penurunan ini jauh lebih besar dibandingkan provinsi lain di Sumatera, yang mengindikasikan adanya masalah serius yang perlu segera diatasi dalam sektor peternakan ayam buras di Jambi.
Maluku
Maluku mencatatkan produksi telur ayam buras sebesar 1683.93 Ton, menempatkannya pada peringkat ke-2 di Pulau Maluku dan peringkat ke-20 secara nasional. Penurunan produksi turun 51.42% dibandingkan tahun sebelumnya menunjukkan tantangan yang dihadapi sektor peternakan di wilayah ini. Meskipun demikian, Maluku masih memiliki potensi untuk meningkatkan produksi telur ayam buras.
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur mencatatkan produksi sebesar 1645.78 Ton. Dengan capaian ini, Kalimantan Timur menempati urutan pertama di Pulau Kalimantan dan menduduki peringkat ke-21 secara nasional. Penurunan turun 50.92% dibandingkan tahun sebelumnya mengindikasikan perlunya evaluasi terhadap kondisi peternakan ayam buras di Kalimantan Timur. Penurunan ini lebih kecil dari Jambi.