Kementerian Pertanian - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mencatat populasi sapi perah di Provinsi Aceh pada tahun 2024 sebanyak 11 ekor. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan turun 42.11% dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 19 ekor. Penurunan ini juga terlihat jelas dari selisih nilai dengan tahun sebelumnya yang turun 8 ekor. Jika dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun terakhir (2020-2022) yaitu 22 ekor, populasi sapi perah di Aceh mengalami penurunan yang cukup drastis.
Secara historis, populasi sapi perah di Aceh mengalami fluktuasi. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2014 dengan pertumbuhan mencapai 260% dan populasi mencapai 90 ekor. Sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2005 dengan penurunan turun 62.2% dan populasi hanya 31 ekor. Anomali terlihat pada tahun 2014, di mana terjadi lonjakan populasi yang sangat tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan sesudahnya. Dalam lima tahun terakhir, ranking populasi sapi perah Aceh di tingkat nasional cenderung menurun.
Di Pulau Sumatera, Aceh menempati peringkat ke-6 dalam populasi sapi perah pada tahun 2024. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera, populasi sapi perah di Aceh jauh lebih rendah. Contohnya, Jambi memiliki populasi 6 ekor, sedangkan Kep. Riau hanya 3 ekor. Secara nasional, Aceh berada di peringkat ke-19.
Data menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi sapi perah di Aceh pada tahun 2024 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini berbeda dengan tren pertumbuhan yang terjadi pada periode 2000-2014, di mana populasi sapi perah di Aceh cenderung meningkat. Penurunan ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah dan pihak terkait untuk mencari solusi dan meningkatkan kembali populasi sapi perah di Aceh.
Secara keseluruhan, data populasi sapi perah di Aceh menunjukkan adanya penurunan yang perlu diinvestigasi lebih lanjut. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, penyakit hewan, dan kurangnya dukungan pemerintah dapat menjadi penyebab penurunan ini. Diperlukan upaya yang lebih serius dan terencana untuk meningkatkan kembali populasi sapi perah di Aceh dan mendukung pengembangan sektor peternakan di daerah ini.
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara menduduki peringkat ke-2 di Pulau Sulawesi dengan populasi sapi perah mencapai 29 ekor. Pertumbuhan populasi sapi perah di Sulawesi Tenggara mengalami kenaikan sebesar 81.25% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam sektor peternakan sapi perah di wilayah ini. Secara nasional, Sulawesi Tenggara menempati peringkat ke-16. Peningkatan ini menandakan potensi besar pengembangan peternakan sapi perah di Sulawesi Tenggara.
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur (NTT) menduduki posisi pertama di wilayah Nusa Tenggara dan Bali dengan populasi 26 ekor. Walaupun begitu, pertumbuhan di wilayah NTT mengalami penurunan turun 23.53% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nasional, NTT berada di peringkat 17. Penurunan ini mengindikasikan perlunya evaluasi strategi peternakan sapi perah di NTT agar kembali mengalami pertumbuhan positif. Potensi NTT sebagai produsen sapi perah masih besar dan perlu dioptimalkan.
Bali
Bali berada di peringkat ke-2 di wilayah Nusa Tenggara dan Bali dengan populasi sapi perah yang stabil yaitu 18 ekor. Pertumbuhan populasi sapi perah di Bali tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nasional, Bali menduduki peringkat ke-18. Meskipun tidak ada pertumbuhan, stabilitas ini menunjukkan adanya upaya yang konsisten dalam menjaga populasi sapi perah di Bali. Bali memiliki potensi besar dalam pengembangan peternakan sapi perah.
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara menempati peringkat ke-3 di Pulau Sulawesi dengan populasi sapi perah 8 ekor. Pertumbuhan sapi perah di Sulawesi Utara mengalami penurunan turun 80.95% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nasional, Sulawesi Utara berada di peringkat ke-20. Penurunan ini sangat signifikan dan memerlukan perhatian serius dari pemerintah daerah dan pihak terkait untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mencari solusi yang tepat. Sulawesi Utara memiliki potensi dalam pengembangan peternakan sapi perah.
Jambi
Jambi menempati urutan ke-7 di Pulau Sumatera dengan populasi sapi perah mencapai 6 ekor. Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi kenaikan sebesar 50% yang menunjukkan adanya peningkatan dalam sektor peternakan sapi perah di wilayah ini. Jambi menduduki peringkat ke-21 secara nasional. Kenaikan ini memberikan harapan baru bagi pengembangan peternakan sapi perah di Jambi dan perlu terus didukung agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian daerah.
Kep. Riau
Kepulauan Riau (Kep. Riau) berada di urutan ke-8 di Pulau Sumatera dengan populasi sapi perah 3 ekor. Dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhan di wilayah Kep. Riau mengalami penurunan turun 40%. Hal ini menempatkan Kep. Riau di peringkat ke-22 secara nasional. Penurunan ini mengindikasikan perlunya evaluasi strategi peternakan sapi perah di Kep. Riau agar kembali mengalami pertumbuhan positif. Potensi Kep. Riau sebagai produsen sapi perah masih ada dan perlu dioptimalkan.