Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase desa di Kalimantan Utara yang sebagian besar keluarga menggunakan kayu bakar untuk memasak mencapai 92,15 persen pada tahun 2024.
Angka ini menunjukkan sedikit penurunan sebesar 1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, jika dilihat dari data historis, terlihat adanya fluktuasi. Pada tahun 2018 terjadi kenaikan signifikan sebesar 22,15 persen, sementara tahun 2019 mengalami penurunan tajam sebesar 34,65 persen. Kenaikan tertinggi dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2018, sedangkan penurunan terendah terjadi pada tahun 2019.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Jawa Barat Periode 2018-2023)
Dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun terakhir (2020-2022) sebesar 83,05 persen, angka tahun 2024 ini lebih tinggi. Namun, dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (2019-2023) sebesar 75,25 persen, persentase penggunaan kayu bakar di Kalimantan Utara mengalami pertumbuhan lebih baik. Peringkat Kalimantan Utara menurut pulau adalah 3, sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang berada pada peringkat 2.
Secara nasional, Kalimantan Utara berada pada peringkat 16 dalam hal persentase desa yang menggunakan kayu bakar untuk memasak. Di Kalimantan, Kalimantan Utara berada di bawah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Kalimantan Tengah mencatatkan persentase 90.32 persen, menempatkannya pada peringkat 19 secara nasional dan 2 di Kalimantan.
Kalimantan Selatan memiliki persentase 90.32 persen, menempatkannya pada peringkat 19 secara nasional dan 2 di Kalimantan. Anomali terlihat pada tahun 2019 dengan penurunan tajam, namun setelahnya kembali mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kayu bakar di Kalimantan Utara masih cukup tinggi meskipun ada upaya untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi tersebut.
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah, dengan persentase desa pengguna kayu bakar sebesar 90.32%, menempati peringkat kedua di Pulau Kalimantan dan peringkat 19 secara nasional. Terjadi penurunan sebesar 0.77% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya diversifikasi energi di Kalimantan Tengah mulai membuahkan hasil, meskipun persentasenya masih relatif tinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Penurunan ini juga mengindikasikan adanya peningkatan akses masyarakat terhadap sumber energi memasak yang lebih modern dan ramah lingkungan.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Lampung Periode 2018-2023)
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan mencatatkan persentase penggunaan kayu bakar sebesar 90.32%, sejajar dengan Kalimantan Tengah. Provinsi ini menduduki peringkat kedua di Pulau Kalimantan dan peringkat 19 secara nasional. Terjadi penurunan sebesar 0.70% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini mengindikasikan bahwa program-program pemerintah daerah dalam mengurangi penggunaan kayu bakar mulai efektif, meskipun masih perlu ditingkatkan agar lebih signifikan. Persentase ini menunjukkan perlunya upaya lebih lanjut dalam penyediaan alternatif energi memasak yang lebih bersih dan terjangkau bagi masyarakat.
Lampung
Dengan persentase 92.77%, Lampung menduduki peringkat ke-2 di Pulau Sumatera dan peringkat 15 secara nasional. Terjadi kenaikan sebesar 1.03% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa Lampung masih menghadapi tantangan dalam diversifikasi sumber energi untuk memasak, dan ketergantungan pada kayu bakar masih cukup tinggi. Hal ini memerlukan perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk mengembangkan program-program yang mendorong penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
DI Yogyakarta
DI Yogyakarta, dengan persentase 91.55%, menempati peringkat pertama di Pulau Jawa dan peringkat 17 secara nasional. Terjadi kenaikan sebesar 0.25% dibandingkan tahun sebelumnya. Yogyakarta menjadi salah satu wilayah dengan implementasi energi yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Meskipun demikian, DI Yogyakarta terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan menyediakan alternatif energi yang lebih ramah lingkungan.
Bengkulu
Bengkulu mencatat persentase penggunaan kayu bakar sebesar 90.42%, menempati peringkat ke-3 di Pulau Sumatera dan peringkat 18 secara nasional. Terjadi penurunan sebesar 0.22% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini menunjukkan bahwa Bengkulu mengalami perkembangan positif dalam mengurangi ketergantungan pada kayu bakar. Meskipun demikian, upaya lebih lanjut diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan energi yang lebih berkelanjutan dan mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan kayu bakar.
Jawa Tengah
Jawa Tengah, dengan persentase 90.32%, menempati peringkat ke-2 di Pulau Jawa dan peringkat 19 secara nasional. Terjadi penurunan sebesar 0.77% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya pemerintah daerah dalam mengurangi penggunaan kayu bakar mulai menunjukkan hasil yang positif. Program-program yang berfokus pada penyediaan energi alternatif dan peningkatan kesadaran masyarakat terus diimplementasikan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di Jawa Tengah.