Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase desa di Kota Bukit Tinggi yang sebagian besar keluarga menggunakan kayu bakar untuk memasak sebesar 83,33 persen pada tahun 2024.
Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 16,67 persen dibandingkan tahun 2021, namun jika dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun terakhir (2018, 2020, 2021) sebesar 73,06 persen, persentase tahun 2024 lebih tinggi. Kondisi ini berbeda jika dilihat dari lima tahun terakhir (2018, 2020, 2021, 2024) dengan rata-rata 75,92, dimana persentase 2024 juga menunjukkan pertumbuhan lebih baik.
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kabupaten Langkat Periode 2004 - 2024)
Secara historis, persentase penggunaan kayu bakar di Kota Bukit Tinggi fluktuatif. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2024, meningkat 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2021, dengan penurunan turun 11,11 persen. Kondisi ini menunjukkan adanya anomali, dimana pada tahun 2024 terjadi lonjakan penggunaan kayu bakar yang signifikan setelah sebelumnya mengalami penurunan.
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Pulau Sumatera pada tahun 2024, Kota Bukit Tinggi berada di peringkat 88. Nilai ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2021, dimana Kota Bukit Tinggi berada di peringkat 122. Untuk peringkat se-Indonesia, Kota Bukit Tinggi berada di peringkat 359 pada tahun 2024, juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2021 yang berada di peringkat 431.
Nilai Persentase Kayu Bakar Memasak di Kota Bukit Tinggi pada tahun 2024 sebesar 83,33 persen. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terjadi anomali dengan lonjakan persentase di tahun 2024 setelah mengalami penurunan di tahun-tahun sebelumnya.
Fluktuasi ini mengindikasikan dinamika sosial ekonomi yang kompleks di Kota Bukit Tinggi. Peningkatan signifikan di tahun 2024 mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan harga bahan bakar lain, ketersediaan kayu bakar, atau perubahan kebijakan terkait energi.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Perawatan Kulit di Kab. Lombok Tengah 2018 - 2024)
Kabupaten Kuantan Singingi
Kabupaten Kuantan Singingi menduduki peringkat ke-86 di Pulau Sumatera dengan persentase 83,84 persen. Meskipun menduduki peringkat yang relatif baik, terjadi penurunan signifikan turun 10,28 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata nilai dibandingkan tahun sebelumnya menunjukkan fluktuasi yang cukup besar, yang mengindikasikan ketidakstabilan dalam penggunaan kayu bakar di wilayah ini. Meski demikian, nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan nilai dua tahun sebelumnya yang berada di angka 95.2 persen.
Kota Bau Bau
Kota Bau Bau menempati posisi yang cukup baik, yaitu peringkat 61 di antara kabupaten/kota di Pulau Sulawesi. Dengan persentase penggunaan kayu bakar sebesar 83,72 persen, wilayah ini menunjukkan stabilitas karena tidak mengalami perubahan nilai dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dilihat lebih jauh, nilai dua tahun sebelumnya adalah 76.74, menunjukan kondisi yang sangat fluktuatif dengan pertumbuhan 0. Secara keseluruhan, Kota Bau Bau memperlihatkan konsistensi dalam penggunaan kayu bakar dibandingkan wilayah lain.
Kabupaten Indragiri Hulu
Kabupaten Indragiri Hulu berada di peringkat 87 di Pulau Sumatera, dengan persentase 83,51 persen. Terjadi penurunan signifikan turun 8,47 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang mengindikasikan adanya perubahan perilaku atau kebijakan terkait penggunaan energi untuk memasak. Nilai dibandingkan tahun sebelumnya memperlihatkan fluktuasi yang cukup besar, menunjukkan bahwa Kabupaten Indragiri Hulu masih menghadapi tantangan dalam menstabilkan penggunaan kayu bakar sebagai sumber energi utama. Kabupaten ini berperingkat 358 secara se-Indonesia.
Kabupaten Labuhan Batu Utara
Kabupaten Labuhan Batu Utara menduduki peringkat 88 di Pulau Sumatera, dengan persentase 83,33 persen. Terjadi penurunan turun 6,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ini menunjukkan penurunan penggunaan kayu bakar. Rata-rata pertumbuhan di wilayah ini cukup fluktuatif, yang menunjukkan adanya dinamika dalam preferensi masyarakat terkait sumber energi untuk memasak. Secara se-Indonesia, kabupaten ini menduduki peringkat 359.
Kabupaten Konawe Selatan
Kabupaten Konawe Selatan berada di peringkat 62 di Pulau Sulawesi, dengan persentase 83,19 persen. Terjadi penurunan tajam turun 12,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan di wilayah ini menunjukkan adanya penurunan drastis dalam penggunaan kayu bakar, yang mengindikasikan adanya perubahan besar dalam pilihan masyarakat terkait sumber energi untuk memasak. Kabupaten ini berperingkat 361 secara se-Indonesia.
Kabupaten Jombang
Kabupaten Jombang menduduki peringkat ke-70 di Pulau Jawa, dengan persentase 82,68 persen. Terjadi penurunan yang sedikit turun 1,56 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan kayu bakar cenderung stabil, tidak mengalami fluktuasi signifikan seperti yang terjadi di wilayah lain. Dengan demikian, Kabupaten Jombang menunjukkan stabilitas dalam pola penggunaan energi untuk memasak dibandingkan kabupaten lain. Kabupaten ini berperingkat 362 secara se-Indonesia.