Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi cabai rawit di Kalimantan Selatan pada tahun 2024 sebesar 12.575,4 ton. Data historis menunjukkan fluktuasi produksi selama dua dekade terakhir. Produksi cabai rawit mengalami penurunan turun 5,13% dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dibandingkan rata-rata produksi tiga tahun terakhir (2022-2024), yaitu sekitar 12.531,5 ton, produksi tahun 2024 sedikit lebih tinggi. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (2020-2024), yaitu sekitar 13.393,7 ton, produksi tahun 2024 justru lebih rendah.
Perkembangan produksi cabai rawit di Kalimantan Selatan cukup dinamis. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2017 dengan pertumbuhan mencapai 61,83%, sedangkan penurunan terendah terjadi pada tahun 2009 dengan penurunan turun 38,17%. Dalam lima tahun terakhir, ranking produksi cabai rawit Kalimantan Selatan menurut pulau menunjukkan perbaikan. Kalimantan Selatan berhasil menduduki peringkat pertama di Pulau Kalimantan pada tahun 2016 hingga 2024.
(Baca: Harga Beras Kualitas Bawah I di Pasar Tradisional Periode November 2024-2025)
Pada tahun 2024, Kalimantan Selatan menduduki peringkat pertama produksi cabai rawit di Pulau Kalimantan. Namun, secara nasional, Kalimantan Selatan berada di peringkat ke-15. Dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan, produksi cabai rawit Kalimantan Selatan jauh lebih tinggi.
Kenaikan produksi tertinggi dalam data historis terjadi pada tahun 2017, mencapai 4.527 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya, penurunan produksi terbesar terjadi pada tahun 2009, yaitu penurunan sebesar 2.227 ton. Anomali terlihat pada tahun 2021, di mana terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan sebesar 3.858 ton.
Secara keseluruhan, produksi cabai rawit di Kalimantan Selatan menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun. Meskipun terjadi penurunan produksi pada tahun 2024, posisi Kalimantan Selatan sebagai produsen utama cabai rawit di Pulau Kalimantan tetap terjaga. Perlu adanya analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi produksi cabai rawit di Kalimantan Selatan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga.
Bali
Provinsi Bali menduduki peringkat ke-12 secara nasional dengan total produksi cabai rawit sebesar 23.190,7 ton. Angka ini menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 13% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadikannya produsen cabai rawit terbesar kedua di wilayah Nusa Tenggara dan Bali. Kenaikan ini mengindikasikan adanya peningkatan produktivitas atau perluasan areal tanam cabai rawit di Bali.
(Baca: Harga Gula Pasir Lokal di Pasar Modern Periode November 2024-2025)
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah mencatatkan produksi cabai rawit sebesar 22.956,8 ton, menempatkannya pada peringkat ke-13 secara nasional dan kedua di Pulau Sulawesi. Dengan pertumbuhan 6,52%, provinsi ini menunjukkan kinerja positif dalam produksi cabai rawit. Selisih nilai produksi dengan tahun sebelumnya mencapai 1404,7 ton, menegaskan posisinya sebagai salah satu kontributor utama cabai rawit di Sulawesi.
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara menempati urutan ke-14 secara nasional dengan produksi cabai rawit sebesar 13.295,6 ton, menjadi produsen ketiga terbesar di Sulawesi. Terjadi penurunan produksi turun 26,05% dibandingkan tahun sebelumnya, yang perlu menjadi perhatian khusus. Penurunan sebesar 4682,8 ton ini mengindikasikan adanya masalah yang mempengaruhi produksi cabai rawit di provinsi ini.
Lampung
Provinsi Lampung berada di peringkat ke-16 secara nasional dengan total produksi cabai rawit sebesar 11.333,4 ton. Lampung mengalami penurunan produksi turun 19,45%, menjadikannya berada di urutan ke-6 di Pulau Sumatera. Penurunan sebesar 2736,7 ton ini perlu dievaluasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab dan mencari solusi yang tepat.
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur (NTT) memproduksi cabai rawit sebanyak 11.289,1 ton dan berada di peringkat ke-17 secara nasional. Pertumbuhan positif sebesar 24,42% menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. NTT berada di urutan ketiga di wilayah Nusa Tenggara dan Bali. Peningkatan ini patut diapresiasi dan perlu dipertahankan untuk meningkatkan kontribusi NTT dalam produksi cabai rawit nasional.
Gorontalo
Provinsi Gorontalo mencatatkan produksi cabai rawit sebesar 10.372 ton, menduduki peringkat ke-18 secara nasional. Gorontalo berada di urutan keempat di Pulau Sulawesi. Penurunan produksi turun 33,18% menjadi yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya. Penurunan sebesar 5150,6 ton ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah daerah setempat.