Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB ADHB Sektor Pertambangan dan Penggalian Provinsi Riau pada tahun 2024 sebesar Rp 205758.44 miliar. Angka ini menunjukkan sedikit kenaikan sebesar 1.36% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, nilai ini masih di bawah rata-rata tiga tahun terakhir (2022-2024) yang sebesar Rp 217960.19 miliar. Dibandingkan lima tahun terakhir (2020-2024), pertumbuhan sektor ini cenderung fluktuatif, dengan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar Rp 268819.88 miliar. Fluktuasi ini ditandai dengan periode kenaikan dan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Secara historis, pertumbuhan tertinggi PDRB sektor pertambangan dan penggalian di Riau terjadi pada tahun 2011 dengan pertumbuhan mencapai 49.82%. Sebaliknya, penurunan terdalam terjadi pada tahun 2020 turun 30.06%. Tahun 2020 menjadi anomali jika dibandingkan dengan tren 3 tahun terakhir, di mana sektor ini mengalami kontraksi signifikan akibat berbagai faktor seperti penurunan harga komoditas dan pandemi COVID-19.
(Baca: Persentase Penduduk yang Memiliki HP Kota dan Desa Periode 2013-2024)
Di Pulau Sumatera, Riau menempati peringkat pertama dalam kontribusi PDRB sektor pertambangan dan penggalian. Secara nasional, Riau berada di peringkat kedua setelah Kalimantan Timur. Nilai PDRB Riau ini terpaut cukup jauh dari Kalimantan Timur yang mencatatkan angka Rp 329459.32 miliar.
Kenaikan PDRB sektor pertambangan dan penggalian Riau pada tahun 2024 sebesar 1.36% masih menunjukkan pemulihan setelah kontraksi tajam pada tahun 2020. Meskipun belum mencapai level tertinggi seperti pada tahun 2015, kontribusi sektor ini tetap signifikan bagi perekonomian Riau. Pertumbuhan yang fluktuatif menggambarkan dinamika sektor pertambangan dan penggalian yang sangat dipengaruhi oleh harga komoditas global dan kondisi ekonomi makro.
Perlu dicatat, data ini adalah angka sementara dan dapat mengalami perubahan seiring dengan pemutakhiran data oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Analisis lebih mendalam perlu dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja sektor pertambangan dan penggalian, seperti kebijakan pemerintah, investasi, dan kondisi pasar global.
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur menduduki peringkat pertama secara nasional dengan nilai PDRB mencapai Rp 329459.32 miliar. Meskipun memiliki nilai tertinggi, pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur mengalami penurunan signifikan turun 9.55%. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun nilai absolutnya besar, pertumbuhan di wilayah ini mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Bali Periode 2018-2023)
Riau
Provinsi Riau berada di urutan kedua dengan nilai PDRB sebesar Rp 205758.44 miliar. Dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhan di Riau menunjukkan sedikit peningkatan sebesar 1.36%. Pertumbuhan ini jauh lebih baik dibandingkan dengan Kalimantan Timur yang mengalami kontraksi, meskipun nilai totalnya masih lebih rendah. Stabilitas pertumbuhan di Riau menunjukkan ketahanan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan fluktuasi yang terjadi di Kalimantan Timur.
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan menempati peringkat ketiga dengan nilai PDRB sebesar Rp 163335.02 miliar. Pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan mengalami penurunan turun 2.41%. Dengan penurunan ini, Sumatera Selatan menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan dibandingkan dengan Riau.
Papua Tengah
Papua Tengah mencatat nilai PDRB sebesar Rp 134369.74 miliar, menempatkannya pada posisi keempat. Pertumbuhan di Papua Tengah menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 19.08%. Peningkatan yang tajam ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar di Papua Tengah, meskipun nilai absolutnya masih di bawah wilayah lain seperti Kalimantan Timur dan Riau.
Jawa Timur
Jawa Timur berada di posisi kelima dengan nilai PDRB sebesar Rp 113312.24 miliar. Pertumbuhan di Jawa Timur relatif stabil dengan peningkatan sebesar 0.57%. Meskipun pertumbuhannya kecil, stabilitas ini menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki basis ekonomi yang kuat dan tidak terlalu dipengaruhi oleh fluktuasi sektor pertambangan seperti di wilayah lain.