Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB ADHB Sektor Industri Pengolahan Provinsi Papua Barat Daya pada tahun 2024 sebesar Rp 6.57 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 5.15% dibandingkan tahun 2023 yang tercatat sebesar Rp 6.25 triliun. Terjadi kenaikan nilai sebesar Rp 322.04 miliar dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2024, Papua Barat Daya berada di peringkat ke-2 untuk PDRB Industri Pengolahan di antara pulau Papua dan peringkat ke-30 secara nasional.
Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan Papua Barat Daya pada tahun 2024 menunjukkan perbaikan dibandingkan rata-rata pertumbuhan lima tahun terakhir. Namun, data historis menunjukkan adanya fluktuasi. Kenaikan tertinggi tercatat pada tahun 2024 sebesar 5.15%.
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kabupaten Raja Ampat | 2004 - 2024)
Dibandingkan provinsi lain di pulau Papua, Papua Barat Daya menempati peringkat ke-2 dengan nilai PDRB Rp 6.57 triliun. Sementara secara nasional, Papua Barat Daya berada di peringkat ke-30. Kondisi ini menunjukkan potensi pengembangan sektor industri pengolahan di Papua Barat Daya masih cukup besar dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
Kenaikan tertinggi PDRB Industri Pengolahan Papua Barat Daya adalah pada tahun 2024, mencerminkan geliat positif sektor ini. Meskipun terdapat fluktuasi, pertumbuhan ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan di Papua Barat Daya memiliki potensi untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah.
Secara keseluruhan, PDRB Industri Pengolahan Papua Barat Daya tahun 2024 menunjukkan sinyal positif dengan pertumbuhan sebesar 5.15%. Peningkatan ini didorong oleh kinerja sektor industri yang semakin baik. Perlu adanya evaluasi lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi PDRB Industri Pengolahan di Papua Barat Daya, sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan sektor ini secara berkelanjutan.
Aceh
Provinsi Aceh menempati urutan ke-9 di pulau Sumatera dengan nilai PDRB Industri Pengolahan mencapai Rp 11.46 triliun. Pertumbuhan industri di Aceh sebesar 4.38%. Dibandingkan dengan provinsi lain, Aceh menunjukkan potensi industri yang cukup stabil, namun perlu upaya lebih untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan. Posisi ranking Aceh, meskipun belum terlalu tinggi, menunjukkan adanya peluang untuk pengembangan sektor industri pengolahan yang lebih signifikan di masa depan. Secara nasional, Aceh berada di urutan ke-27. Nilai selisih dengan tahun sebelumnya adalah sebesar Rp 480.94 miliar.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Sulawesi Barat Periode 2018-2023)
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan kinerja industri yang menggembirakan dengan menduduki peringkat ke-2 di wilayah Nusa Tenggara dan Bali. Nilai PDRB Industri Pengolahan mencapai Rp 7.06 triliun, pertumbuhan sebesar 9.72%. Pertumbuhan ini mencerminkan adanya peningkatan aktivitas industri yang signifikan di NTB. Secara nasional, NTB menempati urutan ke-28. Peningkatan ini didorong oleh berbagai faktor seperti investasi yang meningkat dan efisiensi produksi yang semakin baik. Selisih nilai dengan tahun sebelumnya mencapai Rp 625.21 miliar.
Sulawesi Barat
Dengan nilai PDRB Industri Pengolahan sebesar Rp 6.68 triliun, Sulawesi Barat berada di posisi ke-5 di Pulau Sulawesi. Pertumbuhan sektor ini mencapai 2.3%. Secara nasional, Sulawesi Barat menempati urutan ke-29. Meskipun pertumbuhan ini tidak secepat beberapa provinsi lain, potensi industri di Sulawesi Barat tetap menjanjikan. Selisih nilai dengan tahun sebelumnya adalah sebesar Rp 150.25 miliar. Pengembangan infrastruktur dan peningkatan sumber daya manusia akan menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan industri yang lebih signifikan di wilayah ini.
Bengkulu
Provinsi Bengkulu menempati peringkat ke-10 di pulau Sumatera, dengan nilai PDRB Industri Pengolahan mencapai Rp 5.4 triliun. Pertumbuhan industri di Bengkulu sebesar 4.91%. Secara nasional, Bengkulu berada di urutan ke-31. Peningkatan ini perlu terus didorong melalui kebijakan yang mendukung investasi dan pengembangan sektor industri. Selisih nilai dengan tahun sebelumnya adalah sebesar Rp 252.52 miliar. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Bengkulu dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan daya saing industri.
Maluku
Maluku menduduki peringkat ke-2 di wilayah Maluku dengan nilai PDRB Industri Pengolahan sebesar Rp 3.95 triliun. Pertumbuhan industri di Maluku sebesar 7.85%. Secara nasional, Maluku berada di urutan ke-32. Selisih nilai dengan tahun sebelumnya adalah sebesar Rp 287.55 miliar. Peningkatan ini mencerminkan adanya pertumbuhan yang cukup signifikan di sektor industri pengolahan. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya laut dan darat, Maluku memiliki peluang besar untuk terus mengembangkan sektor industrinya.
Papua
Papua menempati peringkat ke-3 di pulau Papua dengan nilai PDRB Industri Pengolahan mencapai Rp 2.56 triliun. Pertumbuhan industri di Papua sebesar 6.77%. Secara nasional, Papua berada di urutan ke-33. Selisih nilai dengan tahun sebelumnya adalah sebesar Rp 162.37 miliar. Investasi di bidang infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia akan sangat penting untuk memaksimalkan potensi industri pengolahan di Papua. Peningkatan ini menunjukkan adanya geliat pertumbuhan yang positif di sektor industri.