Pada 2023-2024, United Nations Children's Fund (UNICEF) melakukan riset terkait toolkit penilaian lingkungan gizi sekolah (NEAT-S) di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua.
Satu di antara domain yang dinilai dalam studi tersebut adalah layanan gizi di sekolah. Dari survei yang dilakukan, tidak ada sekolah di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua yang secara eksklusif menyediakan tablet tambah darah (TTD).
Namun, beberapa sekolah menyediakan TTD bersamaan dengan pemberian obat cacing. Persentase sekolah di Jawa Tengah menjadi yang tertinggi dalam indikator ini, yakni 48%.
Berikut ini rincian layanan gizi di sekolah menurut riset UNICEF:
Jawa Tengah
- Sekolah menyediakan suplementasi TTD: 0%
- Sekolah menyediakan suplementasi TTD dan obat cacing: 48%
- Sekolah menyediakan obat cacing: 50,5%
- Jumlah sekolah yang menyediakan layanan pengukuran pertumbuhan dan berat badan: 61,1%
- Dari jumlah tersebut, sekolah yang memiliki sistem rujukan untuk siswa dengan masalah malnutrisi: 63,6%
Sulawesi Selatan
- Sekolah menyediakan suplementasi TTD: 0%
- Sekolah menyediakan suplementasi TTD dan obat cacing: 8%
- Sekolah menyediakan obat cacing: 92%
- Jumlah sekolah yang menyediakan layanan pengukuran pertumbuhan dan berat badan: 94%
- Dari jumlah tersebut, sekolah yang memiliki sistem rujukan untuk siswa dengan masalah malnutrisi: 4,3%
Papua
- Sekolah menyediakan suplementasi TTD: 0%
- Sekolah menyediakan suplementasi TTD dan obat cacing: 40%
- Sekolah menyediakan obat cacing: 55%
- Jumlah sekolah yang menyediakan layanan pengukuran pertumbuhan dan berat badan: 85%
- Dari jumlah tersebut, sekolah yang memiliki sistem rujukan untuk siswa dengan masalah malnutrisi: 41,2%
Pengumpulan data dilakukan dengan metodologi NEAT-S dari UNICEF pada 2023-2024, menjangkau 268 sekolah: 198 di Jawa Tengah, 50 di Sulawesi Selatan, dan 20 di Papua.
Sampel sekolah dipilih secara tidak acak berdasarkan kemudahan akses. Menurut UNICEF, lantaran sampel tidak dilakukan secara acak dan cakupan geografis terbatas, hasil studi tidak dapat digeneralisasi secara nasional.
(Baca: Ini Status Gizi Balita di Indonesia pada 2024)