Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB ADHB Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Provinsi Gorontalo pada tahun 2024 mencapai Rp 31 miliar. Terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp 29,2 miliar. Peningkatan nilai PDRB ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,16% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan 3 tahun terakhir (2021-2023) yang sebesar 3,95%.
Namun, pertumbuhan PDRB sektor ini pada tahun 2024 sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan 5 tahun terakhir (2019-2023) yang sebesar 5,76%. Meskipun demikian, secara nilai, tahun 2024 menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 2010-2024. Kenaikan tertinggi dalam periode tersebut terjadi pada tahun 2017 dengan pertumbuhan mencapai 20,9%. Sementara pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2020 dan 2021, yaitu 0% dan 3,85%. Anomali ini terjadi karena dampak pandemi Covid-19 yang memengaruhi berbagai sektor ekonomi.
(Baca: Kredit Bank Umum Lapangan Usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan Periode 2015-2025)
Secara ranking di Pulau Sulawesi, Gorontalo tetap berada di posisi ke-6 pada tahun 2024, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Secara nasional, Gorontalo berada di peringkat ke-34, turun satu peringkat dari tahun 2023 yang berada di peringkat ke-33. Nilai PDRB Gorontalo masih relatif kecil dibandingkan provinsi lain di Sulawesi.
Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sulawesi, PDRB ADHB Sektor Limbah Gorontalo masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari posisinya yang selalu berada di urutan terakhir dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun terjadi peningkatan nilai PDRB setiap tahunnya, namun pertumbuhan sektor ini di Gorontalo belum mampu mengejar ketertinggalan dari provinsi lain.
Perlu adanya upaya yang lebih intensif dari pemerintah daerah untuk mendorong pertumbuhan sektor pengelolaan sampah dan limbah di Gorontalo. Investasi dalam infrastruktur pengolahan sampah, peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah, dan pengembangan inovasi dalam daur ulang dapat menjadi strategi untuk meningkatkan PDRB sektor ini di masa depan.
Papua Barat Daya
Provinsi Papua Barat Daya menempati peringkat kedua di Pulau Papua dengan nilai PDRB ADHB Sektor Limbah sebesar Rp 62,2 miliar. Capaian ini menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 11,03% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini jauh di atas rata-rata pertumbuhan nasional, menunjukkan potensi besar sektor ini di wilayah tersebut. Peningkatan ini didorong oleh berbagai inisiatif pengelolaan limbah yang semakin efektif dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan.
(Baca: Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kab. Nias | 2024)
Papua Barat
Papua Barat menduduki peringkat ketiga di Pulau Papua dengan nilai PDRB ADHB Sektor Limbah mencapai Rp 52,22 miliar. Pertumbuhan sektor ini mencapai 9,8%, menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pengelolaan limbah dan daur ulang di wilayah tersebut. Namun, secara keseluruhan, angka ini masih perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan potensi ekonomi dari sektor limbah. Pemerintah daerah terus berupaya untuk mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pengembangan sektor ini, termasuk investasi dalam infrastruktur dan pelatihan tenaga kerja.
Maluku Utara
Maluku Utara menduduki peringkat kedua di wilayah Maluku dengan nilai PDRB ADHB Sektor Limbah sebesar Rp 41,33 miliar. Pertumbuhan sektor ini mencapai 12,8%, menjadi salah satu yang tertinggi di wilayah tersebut. Ini menandakan adanya peningkatan signifikan dalam pengelolaan limbah dan daur ulang di Maluku Utara. Pemerintah daerah terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah yang baik, serta memberikan dukungan kepada pelaku usaha di sektor ini.
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Bangka Belitung menempati peringkat ke-10 di Pulau Sumatera dengan nilai PDRB ADHB Sektor Limbah sebesar Rp 21,2 miliar. Pertumbuhan sektor ini mencapai 10,13%, menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik. Namun, dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera, angka ini masih perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan potensi ekonomi dari sektor limbah. Pemerintah daerah terus berupaya untuk mengembangkan sektor ini melalui berbagai program, termasuk pelatihan, pendampingan, dan pemberian bantuan modal kepada pelaku usaha.
Papua Selatan
Papua Selatan menduduki peringkat keempat di Pulau Papua dengan nilai PDRB ADHB Sektor Limbah sebesar Rp 19,86 miliar. Pertumbuhan sektor ini mencapai 6,03%, menunjukkan adanya peningkatan yang moderat. Dibandingkan dengan provinsi lain di Papua, Papua Selatan masih memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor ini. Pemerintah daerah terus berupaya untuk meningkatkan investasi dalam infrastruktur pengelolaan limbah dan daur ulang, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Papua Tengah
Papua Tengah menempati peringkat kelima di Pulau Papua dengan nilai PDRB ADHB Sektor Limbah sebesar Rp 11,47 miliar. Pertumbuhan sektor ini mencapai 3,05%, menunjukkan adanya peningkatan yang paling lambat di antara provinsi lainnya dalam perbandingan. Pemerintah daerah perlu meningkatkan upaya untuk mengembangkan sektor ini melalui berbagai program, termasuk pelatihan, pendampingan, dan pemberian bantuan modal kepada pelaku usaha.