Kementerian Pertanian - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mencatat produksi telur ayam buras di DI Yogyakarta pada tahun 2024 mencapai 2259.75 ton. Angka ini menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 3.63% dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 2180.6 ton. Meskipun demikian, produksi tahun 2024 masih lebih rendah dibandingkan rata-rata produksi 3 tahun terakhir (2021-2023) yaitu 2207.36 ton, namun lebih baik dibandingkan rata-rata 5 tahun terakhir (2019-2023) yang sebesar 2249.02 ton.
Secara historis, produksi telur ayam buras di DI Yogyakarta mengalami fluktuasi. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan lonjakan mencapai 487.11%, sebuah anomali dibandingkan tahun-tahun lainnya. Sementara penurunan terdalam tercatat pada tahun 2008, yaitu turun 88.31%. Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan produksi cenderung stabil dengan sedikit kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun.
(Baca: Harga Daging Sapi di Pasar Modern Periode Juli 2024-2025)
Pada tahun 2024, DI Yogyakarta menduduki peringkat ke-5 di Pulau Jawa dalam produksi telur ayam buras. Secara nasional, DI Yogyakarta berada di peringkat ke-17. Dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa, nilai produksi DI Yogyakarta masih berada di bawah provinsi seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peringkat DI Yogyakarta di tingkat pulau cenderung stabil. Peringkat tertinggi di tingkat nasional terjadi pada tahun 2016-2017 yang berhasil menempati ranking 18. Penurunan terendah ada pada tahun 2020-2021 yang berada di ranking 29.
Anomali produksi pada tahun 2007 dan 2008 perlu dicermati lebih lanjut. Lonjakan produksi pada tahun 2007 bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti peningkatan populasi ayam buras atau perbaikan manajemen peternakan. Sebaliknya, penurunan tajam pada tahun 2008 mungkin dipicu oleh wabah penyakit atau faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi produktivitas peternakan.
Riau
Riau menempati peringkat ke-5 di Pulau Sumatera dengan produksi telur ayam buras mencapai 3337.73 ton. Meskipun menduduki peringkat yang cukup baik, Riau mengalami penurunan produksi yang signifikan turun 60.91% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini menyebabkan selisih nilai produksi turun 5200.17 ton. Secara historis, produksi telur ayam buras di Riau mengalami fluktuasi yang cukup besar.
(Baca: Harga Cabai Rawit Merah di Pasar Tradisional Provinsi Papua Sebulan Terakhir Turun 0,99%)
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat (NTB) berada di peringkat ke-3 di wilayah Nusa Tenggara dan Bali dengan total produksi telur ayam buras sebesar 2477.08 ton. Dibandingkan tahun sebelumnya, produksi NTB mengalami penurunan turun 36.57%. Penurunan ini setara dengan selisih nilai turun 1428.42 ton. Meski demikian, NTB masih menjadi salah satu produsen telur ayam buras yang signifikan di wilayahnya.
Kep. Riau
Kepulauan Riau menempati peringkat ke-6 di Pulau Sumatera dengan produksi telur ayam buras sebesar 2351.64 ton. Kepulauan Riau mengalami penurunan yang cukup besar yaitu -54.91% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan selisih nilai produksi turun 2863.96 ton. Dengan demikian, Kepulauan Riau perlu meningkatkan upaya untuk mengembalikan tingkat produksi telur ayam buras.
Sumatera Barat
Sumatera Barat berada di peringkat ke-7 di Pulau Sumatera dengan produksi telur ayam buras sebesar 1873.69 ton. Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi penurunan produksi turun 35.98%, dengan selisih nilai turun 1052.81 ton. Kondisi ini menempatkan Sumatera Barat pada posisi yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan produksi telur ayam buras.
Jambi
Jambi menempati peringkat ke-8 di Pulau Sumatera dengan produksi telur ayam buras sebesar 1700 ton. Penurunan produksi Jambi sangat drastis yaitu turun 88.78% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan selisih nilai produksi turun 13445.4 ton. Dengan demikian, Jambi memerlukan langkah-langkah strategis dan intensif untuk memulihkan produksi telur ayam burasnya.
Maluku
Maluku menempati peringkat ke-2 di wilayah Maluku dengan produksi telur ayam buras sebesar 1683.93 ton. Maluku mengalami penurunan produksi turun 51.42% dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan selisih nilai produksi turun 1782.07 ton. Meskipun demikian, Maluku tetap menjadi salah satu produsen telur ayam buras yang penting di wilayahnya.