Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB ADHB Sektor Industri Makanan dan Minuman Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2024 mencapai Rp 21.419,97 miliar. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 8,69% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini melanjutkan tren positif, meskipun dengan sedikit perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 2023 yang mencapai 1,68%. Satuan yang digunakan dalam data ini adalah Rp miliar.
Secara historis, pertumbuhan tertinggi PDRB sektor ini di Kalimantan Selatan terjadi pada tahun 2015, mencapai 15,36%. Sementara itu, penurunan terdalam terjadi pada tahun 2020, dengan kontraksi turun 3,63%. Rata-rata pertumbuhan selama lima tahun terakhir (2020-2024) adalah sekitar 4,69%, lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan lima tahun sebelumnya (2015-2019) yang mencapai 9,93%. Ini mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir.
(Baca: Persentase Desa dengan Jaringan Sinyal 3G/H/H dan /Evdo Periode 2018-2024)
Dalam konteks regional Kalimantan, pada tahun 2024, Kalimantan Selatan menempati peringkat ke-4 untuk PDRB sektor industri makanan dan minuman. Secara nasional, Kalimantan Selatan berada di peringkat ke-14. Nilai PDRB Kalimantan Selatan berada di bawah Kalimantan Timur yang menempati urutan ketiga, dengan nilai Rp 26.462,76 miliar dan DKI Jakarta yang berada di urutan pertama dengan nilai Rp 33.746,22 miliar.
Meskipun terjadi pertumbuhan positif, fluktuasi tetap terlihat dalam data PDRB Kalimantan Selatan. Pertumbuhan melambat dari 11,78% di 2011 menjadi 7,07% di 2013, lalu kembali meningkat menjadi 15,36% di 2015, sebelum akhirnya mengalami kontraksi di 2020. Anomali terjadi di tahun 2020 dengan penurunan -3,63% dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini rentan terhadap berbagai faktor eksternal.
Kenaikan tertinggi dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2015 sebesar 15,36%, sedangkan kenaikan terendah terjadi pada tahun 2024 sebesar 8,69%. Anomali terjadi di tahun 2020 ketika PDRB mengalami penurunan turun 3,63%. Jika dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun terakhir (2021-2023), pertumbuhan tahun 2024 sedikit lebih rendah.
DKI Jakarta
DKI Jakarta menduduki peringkat pertama dengan nilai PDRB mencapai Rp 33.746,22 miliar. Pertumbuhan sebesar 10.68% menunjukkan kinerja yang solid dibandingkan tahun sebelumnya. Ranking DKI Jakarta sebagai yang tertinggi secara nasional mencerminkan kontribusi signifikan sektor industri makanan dan minuman terhadap perekonomian Jakarta.
(Baca: Harga Perak Pagi Hari Diperdagangkan US$42,403 /Troy Ons (Rabu, 17 September 2025))
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah menempati peringkat kedua di pulau Kalimantan dengan nilai PDRB sebesar Rp 30.187,61 miliar. Pertumbuhan sebesar 8.14% menunjukkan tren positif yang berkelanjutan. Secara nasional, Kalimantan Tengah berada di peringkat ke-12, menandakan kontribusi yang cukup signifikan dalam sektor ini.
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur mencatatkan nilai PDRB sebesar Rp 26.462,76 miliar, menempatkannya di peringkat ketiga di pulau Kalimantan. Pertumbuhan sebesar 12.53% merupakan yang tertinggi di antara provinsi-provinsi Kalimantan yang disebutkan. Peringkat ke-13 secara nasional mengindikasikan bahwa sektor industri makanan dan minuman memiliki peran yang cukup penting dalam perekonomian Kalimantan Timur.
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara memiliki nilai PDRB sebesar Rp 16.966,48 miliar dan pertumbuhan sebesar 9.77%. Meskipun berada di luar pulau Kalimantan, perbandingan dengan provinsi lain menunjukkan posisinya di peringkat ke-15 secara nasional. Data ini memberikan gambaran tentang kinerja sektor industri makanan dan minuman di Sulawesi Utara.
Jambi
Provinsi Jambi mencatatkan nilai PDRB sebesar Rp 16.082,92 miliar dengan pertumbuhan 12.04%. Dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera, Jambi menunjukkan pertumbuhan yang kompetitif. Secara nasional, Jambi berada di peringkat ke-16, menunjukkan peran penting sektor ini dalam perekonomian Jambi.
Sumatera Barat
Sumatera Barat mencatatkan nilai PDRB sebesar Rp 13.911,45 miliar. Pertumbuhan sebesar 7.73% menunjukkan bahwa sektor ini tetap tumbuh, meski tidak sepesat provinsi lainnya. Secara nasional, Sumatera Barat berada di peringkat ke-17, menunjukkan sektor industri makanan dan minuman memiliki kontribusi signifikan bagi perekonomian daerah.