Laporan PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk mengungkapkan, bank pelat merah ini mendapat laba tahun berjalan sebesar Rp3 triliun sepanjang 2024.
Sayangnya perolehan tersebut turun 14,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang sebesar Rp3,5 triliun pada 2023.
Pendapatan bunga dan bagi hasil emiten berkode BBTN ini justru naik sebesar 3,03% (yoy), dari Rp24,72 triliun pada 2023 menjadi Rp25,47 triliun pada 2024.
Namun, beban bunga juga membengkak 21,9% secara tahunan menjadi Rp17,84 triliun. Akibatnya, pendapatan bunga bersih dan bagi hasil menjadi Rp11,49 triliun, ambrol 14,42% (yoy) dari 2023 yang sebesar Rp13,43 triiun.
Diwartakan Katadata, penyaluran kredit dan pembiayaan BTN sepanjang 2024 sebesar Rp 357,97 triliun. Angka penyaluran kredit dan pembiayaan BTN naik 7,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 333,69 triliun.
Direktur Utama BTN, Nixon L.P. Napitupulu, mengatakan BTN telah menyiapkan berbagai inisiatif strategis untuk going beyond mortgage dengan solusi perbankan yang komprehensif pada 2025. Penyaluran kredit BTN pada 2024 terutama didorong oleh bisnis KPR baik subsidi maupun nonsubsidi seiring dengan permintaan yang terus meningkat terhadap kepemilkan rumah.
"Sampai dengan akhir Desember 2024, penyaluran KPR Subsidi BTN mencapai Rp 173,84 triliun, terkerek 7,5% dibandingkan 2023," kata Nixon dalam keterangan resminya, Rabu (12/2/2025). Sementara itu, KPR nonsubsidi BTN naik 10,2% menjadi Rp 105,95 triliun sampai dengan 2024.
(Baca juga: BTN Dulang Laba Bersih Rp860 Miliar per Kuartal I 2024, Tumbuh 7,4%)
Bank pelat merah ini turut membukukan pertumbuhan di segmen kredit bermargin tinggi, yaitu kredit usaha rakyat (KUR), kredit agunan rumah (KAR), dan kredit ringan (KRING) mencapai 13,9% yoy atau menjadi Rp 16,4 triliun pada akhir 2024.
"Pertumbuhan tersebut ditopang oleh beberapa inisiatif strategis, seperti contohnya kerja sama dengan institusi keuangan nonbank untuk KUR, meningkatkan layanan payroll untuk KRING, dan cross-selling melalui beberapa nasabah institusi utama BTN untuk KAR," ujarnya.
Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross BBTN tercatat di level 3,16%. Nixon menargetkan NPL akan menurun ke level di bawah 3% pada 2025.
BTN mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 9,1% yoy menjadi Rp 381,67 triliun dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp 349,93 triliun. Pertumbuhan DPK ini ditopang peningkatan dana murah berupa tabungan dan giro (current account saving account/CASA) yang kontribusinya mencapai 54,1% terhadap total DPK. Angka ini naik jika dibandingkan 2023 sebesar 53,7%.
Nixon mengatakan pertumbuhan DPK BTN lebih tinggi dari pertumbuhan DPK industri yang sebesar 4,48% yoy pada akhir 2024. Selain itu pada 2024 BTN bisa menjaga rasio loan to deposit ratio (LDR) di level 93,8%.
"BTN optimistis bahwa total aset dapat menembus Rp 500 triliun pada akhir 2025 ditopang oleh prospek pertumbuhan yang positif," tuturnya.
Total aset BBTN mencapai Rp469,61 triliun pada 2024, naik 7% dari 2023 sebesar Rp438,75 triliun. Komponen aset 2024 ini terdiri atas liabilitas Rp407,79 triliun dan ekuitas Rp32,57 triliun.
(Baca juga: 10 BUMN Penyumbang Dividen Terbesar pada 2024)