Indonesia dan Filipina merupakan pangsa pasar yang sangat potensial bagi layanan keuangan digital di kawasan Asia Tenggara (South East Asia/SEA). Sebab, di kedua negara ini masih banyak masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan finansial konvensional.
Berdasaran riset Google, Temasek, Bain & Company, terdapat 81% penduduk Indonesia yang belum terlayani jasa keuangan (unbanked). Dengan demikian, pasar layanan keuangan bank digital masih sangat terbuka di Tanah Air.
Demikian pula di Filipina, masyarakat di negara ini yang belum tersentuh layanan keuangan konvensional mencapai 75%. Dengan begitu digitalisasi perbankan di negara ini juga masih berpeluang untuk tumbuh lebih kencang.
Adapun konsumen Indonesia dan Vietnam adalah yang paling atraktif terhadap bank digital dibandingkan dengan konsumen regional lainnya.
Sementara peluang bank digital di Malaysia dan Thailand untuk tumbuh lebih moderat, karena proporsi orang yang tidak memiliki rekening perbankan relatif lebih sedikit.
Perbankan konvensional telah mendukung ekosistem layanan finansial yang sudah ada, seperti peraturan perlindungan dan kemitraan terpadu. Kondisi ini mempersulit pemain layanan keuangan baru untuk mendapat tempat di kedua negara tersebut.
Sedangkan peluang bank digital di Singapura memiliki peluang untuk tumbuh paling rendah. Sebab, hanya sedikit masyarakatnya yang tidak memiliki rekening perbankan atau terlayani jasa keuangan.
Berikut ini persentase populasi penduduk usia 15-35 tahun di 6 negara Asia Tenggara pada 2022:
- Indonesia: 31%
- Filipina: 34%
- Vietnam: 30%
- Thailand: 26%
- Malaysia: 34%
- Singapura: 24%
(Baca: Survei: Bank Jago Jadi Aplikasi Bank Digital Paling Populer)