Laporan keuangan PT Indofarma Tbk menunjukkan, perusahaan kerap mengalami kerugian sejak 2018. Sengkarut keuangan ini membuat perusahaan tak mampu membayar gaji para buruh dalam beberapa bulan.
Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk anjlok hingga Rp32,73 miliar pada 2018. Pada tahun ini, penjualan bersihnya mencapai Rp1,59 triliun dengan beban pokok Rp1,3 triliun.
Tahun berikutnya, emiten berkode INAF ini sebenarnya mendulang cuan hingga Rp7,96 miliar. Penjualan bersihnya mencapai Rp1,35 triliun dan beban pokok penjualan Rp1,10 triliun.
Menginjak 2020, INAF masih tetap profit meski jauh menipis bila dibandingkan dengan 2019, hanya Rp27 juta. Adapun penjualan bersihnya Rp1,71 triliun dan beban pokok penjualan Rp1,31 triliun.
Selanjutnya pada 2021, laba bersih perusahaan minus hingga Rp37,5 miliar. Penjualan bersihnya melonjak sampai Rp2,9 triliun, tetapi beban pokok penjualan pun membubung hingga Rp2,45 triliun.
Kemudian pada 2022 laba bersihnya jatuh hingga Rp428,46 miliar. Penjualan bersih hanya Rp1,14 triliun dan beban pokok penjualan jauh lebih tinggi, yakni Rp1,25 triliun.
Laporan terakhir pada September 2023 pun menunjukkan, INAF masih rugi hingga Rp191,69 miliar. Penjualan bersihnya Rp445,7 miliar dan beban pokok penjualan Rp435,46 miliar.
Kini, aset INAF sebesar Rp1,49 triliun per September 2023. Aset itu terdiri atas liabilitas atau beban mencapai Rp1,59 triliun dan ekuitas atau modal minus Rp105,35 miliar.
(Baca juga: Naik 2,47%, Laba Bersih BRI Tembus Rp15,88 Triliun per Kuartal I 2024)
Tak membayar gaji buruh
Seorang yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan kepada Katadata bahwa gaji karyawan Indofarma pada bulan Januari dan Maret masih belum dibayarkan hingga akhir April ini.
Sejumlah karyawan saat ini menolak bekerja ke kantor dan memilih bekerja dari rumah atau dalam work from home (WFH) imbas dari keterlambatan pembayaran gaji.
“Sebenarnya besok disuruh masuk, tetapi enggak jadi karena banyak yang nolak buat masuk juga karena belum gajian,” ucapnya kepada Katadata, Selasa (23/4/2024).
Ia dan rekan-rekannya juga diminta untuk terus bekerja sesuai jadwal normal, dengan shift dari pukul 7 pagi hingga 4 sore dan dari pukul 3 sore hingga 11 malam.
Kendati demikian, pekerja itu menyebut bahwa hingga saat ini, hanya bagian gudang dan sumber daya manusia (SDM) yang masih hadir bekerja di kantor. Pihak Indofarma juga tidak lagi menyediakan makan siang untuk para karyawannya setelah tidak mampu membayar gaji mereka.
“Perusahaan negara malah bikin sengsara warganya,” katanya.
Sebelumnya, Indofarma mengakui memang belum membayarkan gaji karyawan periode Maret 2024. Direktur Utama Indofarma Yeliandriani menjelaskan, dana operasional perusahaan belum cukup untuk membayarkan kewajiban tersebut.
"Perseroan belum memiliki kecukupan dana operasional untuk memenuhi kewajiban pembayaran upah karyawan," ujar Yeliandri dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (17/4/2024).
Yeliandri menambahkan, perseroan tetap membayarkan THR Karyawan per tanggal 5 April 2024 secara penuh sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama Indofarma.
Anak usaha Biofarma ini kesulitan membayar gaji karyawan sejak awal 2024. Pekerja lainnya, Dimas, mengaku hanya menerima gaji penuh pada Februari, tetapi hanya sebesar 50% pada Januari.
“Sebelumnya Indofarma di bulan Januari sudah demo ke Kementerian BUMN, saat itu gaji Januari langsung turun tapi hanya 50%,” ujar Dimas kepada Katadata, Senin (8/4) lalu.
Dimas mengatakan, perusahaan memberikan cuti selama tiga minggu sejak sebelum hingga setelah pemilihan umum pada Februari 2024. Manajemen kemudian mengumumkan polemik yang terjadi di perusahaan dan 'mempersilakan' karyawan yang ingin mengundurkan diri.
Disclaimer: terdapat perubahan narasi dan data pada data 2023, semula mengacu pada laporan Juni 2023 diganti menjadi laporan pada September 2023 pada Jumat (26/4/2024) pukul 17.28 WIB.
(Baca Katadata: Indofarma Tak Bayar Gaji hingga Skandal Penipuan Laporan Keuangan)