Laporan Survei Sosial Ekonomi (Susenas) 2022 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, rumah tangga miskin lebih banyak bekerja di sektor pertanian.
Proporsinya mencapai 49,89% pada 2022. Sementara rumah tangga tidak miskin sebanyak 31,48%.
Selanjutnya sektor industri, yakni 16,66% rumah tangga miskin. Lebih sedikit dibandingkan dengan rumah tangga nonmiskin, sebanyak 19,09%.
BPS memberikan catatan, sektor industri mencakup pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, konstruksi, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pengelolaan air, pengelolaan air limbah, pengelolaan dan daur ulang sampah, dan aktivitas remediasi.
Adapun sektor lainnya tercatat sebesar 22,42% untuk rumah tangga miskin dan 38,11% rumah tangga nonmiskin.
Sementara yang tidak bekerja, yakni 11,03% bagi rumah tangga miskin dan 11,32% rumah tangga nonmiskin.
BPS menjelaskan, kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang ditandai oleh rendahnya rata-rata kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan, gizi anak-anak, dan sumber air minum.
"Beban kemiskinan sangat dirasakan oleh kelompok-kelompok tertentu, seperti perempuan dan anak-anak yang berakibat pada terancamnya masa depan oleh karena kekurangan gizi, serta rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan," tulis BPS, dikutip pada Kamis (19/12/2024).
Mengutip penelitian Salim (1980) dalam Dharmawan et al. (2009), BPS menyebut penduduk miskin dapat dicirikan sebagai berikut:
- Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan;
- Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah;
- Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur atau menganggur (tidak bekerja);
- Kebanyakan berada di perdesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area);
- Kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang cukup) bahan kebutuhan pokok pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya.
BPS menambahkan, rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin sekitar 4-5 orang. Sementara rata-rata umur kepala rumah tangga miskin, yakni 49,21 tahun, lebih tinggi dibanding rata-rata umur kepala rumah tangga non-miskin yang sebesar 48,67 tahun.
Adapun rata-rata lama sekolah rumah tangga miskin 6,45 tahun atau sekitar tamatan SD hingga kelas 1 SMP.
(Baca juga: Tingkat Buta Huruf Orang Miskin Dua Kali Lebih Tinggi dari Non-miskin)