Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dari Badan Pusat Statistik (BPS) menghimpun karakteristik pendidikan rumah tangga miskin dan non-miskin di Indonesia pada 2022.
Berdasarkan karakteristik kemampuan membaca dan menulis, kemampuan membaca dan menulis huruf latin rumah tangga miskin lebih tinggi, yakni 43,27%. Adapun rumah tangga tidak miskin sebanyak 39,16%.
Selanjutnya kemampuan huruf latin dan lainnya yang lebih tinggi di rumah tangga tidak miskin, sebesar 56,15%. Sedangkan rumah tangga miskin sebanyak 46,94%.
Kategori huruf lainnya bisa dibaca dan ditulis rumah tangga miskin sebanyak 0,96% dan rumah tangga tidak miskin sebanyak 0,63%.
Kendati demikian, rumah tangga yang tidak dapat membaca dan menulis dua kali lebih tinggi dialami kelompok miskin, yakni sebanyak 8,83%. Sementara angka buta huruf rumah tangga non-miskin sebanyak 4,06%.
BPS menjelaskan, kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang ditandai oleh rendahnya rata-rata kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan, gizi anak-anak, dan sumber air minum.
"Beban kemiskinan sangat dirasakan oleh kelompok-kelompok tertentu, seperti perempuan dan anak-anak yang berakibat pada terancamnya masa depan oleh karena kekurangan gizi, serta rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan," tulis BPS, dikutip pada Kamis (19/12/2024).
Mengutip penelitian Salim (1980) dalam Dharmawan et al. (2009), BPS menyebut penduduk miskin dapat dicirikan sebagai berikut:
- Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan;
- Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah;
- Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur atau menganggur (tidak bekerja);
- Kebanyakan berada di perdesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area);
- Kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang cukup) bahan kebutuhan pokok pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya.
BPS menambahkan, rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin sekitar 4-5 orang. Sementara rata-rata umur kepala rumah tangga miskin, yakni 49,21 tahun, lebih tinggi dibanding rata-rata umur kepala rumah tangga non-miskin yang sebesar 48,67 tahun.
Adapun rata-rata lama sekolah rumah tangga miskin 6,45 tahun atau sekitar tamatan SD hingga kelas 1 SMP.
(Baca juga: Masyarakat Rentan Miskin Bertambah 5 Tahun Terakhir)