Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, beserta rombongan mengadakan lawatan kenegaraan ke Indonesia pada 11-12 Februari 2025.
Pertemuan antara Presiden Erdogan dengan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto yang dilakukan di Istana Bogor membuahkan 13 kesepakatan bilateral di berbagai bidang, seperti dilansir Katadata.co.id, Rabu (12/2).
Presiden Prabowo menjelaskan pertemuan kali ini adalah High Level Strategis Council yang pertama. Ini adalah mekanisme hubungan bilateral tertinggi di antara kedua negara.
“Kemitraan ini adalah untuk kemakmuran rakyat kedua negara dan juga untuk bekerja demi tatanan dunia baru yang lebih baik mengarah ke perdamaian dan stabilitas dunia," ujar Prabowo dalam konferensi pers seusai pertemuan dengan Presiden Turki Erdogan di Istana Bogor.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia dengan Turki mencapai US$1,4 miliar pada 2024, tumbuh 25,98% dibanding tahun sebelumnya.
Rinciannya, nilai ekspor barang Indonesia ke Turki sepanjang tahun lalu senilai US$1,94 miliar, sementara nilai impornya hanya US$461,2 juta. Alhasil, Indonesia mencatat surplus perdagangan US$1,48 miliar atau setara Rp23,6 triliun dengan kurs Rp16.000 per dolar Amerika. Nilai tersebut melonjak 57% dari tahun sebelumnya.
Dalam sedekade, perdagangan Indonesia dengan salah satu mitranya di kawasan Eropa tersebut menunjukkan tren naik dan sempat mencapai puncak tertingginya pada 2022 seperti terlihat pada grafik.
Berikut ini nilai ekspor barang Indonesia ke Turki dalam lima tahun terakhir:
- 2020: US$1,05 miliar
- 2021: US$1,61 miliar
- 2022: US$2,07 miliar
- 2023: US$1,54 miliar
- 2024: US$1,94 miliar
Adapun nilai impor barang dalam lima tahun terakhir sebagai berikut:
- 2020: US$0,27 miliar
- 2021: US$0,40 miliar
- 2022: US$0,52 miliar
- 2023:US$0,60 miliar
- 2024: US$0,46 miliar
(Baca: Indonesia Impor Reaktor Nuklir Senilai US$ 158,93 Juta dari Turki pada 2023)