Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus US$2,24 miliar pada Desember 2024.
Surplus tersebut menyusut 48,72% dibanding November 2024 (month-to-month/mtm). Begitupun secara tahunan, turun 3,30% dibanding Desember tahun lalu (year-on-year/yoy).
"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 56 bulan secara berturut-turut atau sejak Mei 2020," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers secara daring, Rabu (15/1/2025).
Pada Desember 2024, neraca dangan Indonesia ditopang oleh sektor nonmigas dengan surplus US$4 miliar. Komoditas penyumbangnya antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, serta besi dan baja.
Namun, surplus ini tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas sebesar US$1,76 miliar. Defisit ini disumbang komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
Adapun surplus neraca dagang Indonesia pada bulan lalu paling banyak berasal dari transaksi dengan Amerika Serikat, yaitu senilai US$1,75 miliar. Lalu India menyumbang surplus US$1,02 miliar, dan Filipina US$641 juta.
Sementara, defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan China sebesar US$1,49 miliar. Diikuti Australia yang menyumbang defisit US$493,5 juta dan Brasil US$329,6 juta.
Secara kumulatif, sepanjang 2024 sektor migas mengalami defisit US$20,40 miliar, sedangkan sektor nonmigas surplus US$51,44 miliar. Dengan begitu, sejak awal tahun hingga akhir 2024, neraca dagang Indonesia surplus US$31,04 miliar.
(Baca: Ekspor Senjata RI Laris, Ini Negara Pembelinya sampai September 2024)