Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus US$4,42 miliar pada November 2024.
Surplus tersebut melonjak 77,97% dibanding Oktober 2024 (month-to-month/mtm). Begitupun secara tahunan, naik 83,25% dibanding November tahun lalu (year-on-year/yoy).
"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 55 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasari dalam konferensi pers secara daring, Senin (15/12/2024).
Pada November 2024 neraca dagang Indonesia ditopang sektor nonmigas dengan surplus US$5,67 miliar. Komoditas penyumbangnya antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, serta besi dan baja.
Namun, surplus tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas sebesar US$1,25 miliar. Defisit ini disumbang komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
Adapun surplus neraca dagang Indonesia pada bulan paling banyak berasal dari transaksi dengan Amerika Serikat, yaitu senilai US$1,58 miliar. Lalu India menyumbang surplus US$1,12 miliar, dan Filipina US$770,3 juta.
Sementara, defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan Brasil sebesar US$344,5 juta. Diikuti Australia yang menyumbang defisit US$323,1 juta dan China US$283,2 juta.
Secara kumulatif, pada Januari—November 2024 sektor migas mengalami defisit US$18,64 miliar, sedangkan sektor nonmigas surplus US$47,50 miliar. Dengan begitu, sejak awal tahun hingga November 2024 neraca dagang Indonesia surplus US$28,86 miliar.
(Baca: Neraca Perdagangan Migas Indonesia Terus Defisit)