Perusahaan riset Ipsos menyurvei masyarakat Indonesia terkait tantangan di sektor pendidikan nasional.
Hasilnya, mayoritas atau 59% responden menilai tantangan utamanya adalah akses pendidikan yang timpang atau tidak merata.
Tantangan lain yang dirasakan responden adalah infrastruktur pendidikan yang kurang memadai (36%); kurangnya penggunaan teknologi (30%); pelatihan guru yang belum memadai (25%); serta kurangnya pendanaan dari pemerintah (25%).
Sebagian responden juga menilai pendidikan Indonesia terhambat angka putus sekolah yang tinggi (22%); kurikulum yang ketinggalan zaman (20%); adanya bias politik/ideologi (16%), dan persoalan lainnya seperti terlihat pada grafik.
Kendati masih banyak tantangan, secara umum ada 52% responden Indonesia yang menilai kualitas pendidikan nasional sudah baik.
Indonesia pun menjadi negara dengan responden terbanyak ke-5 di dunia yang puas dengan pendidikan dalam negerinya.
Peringkat pertama dihuni Singapura dengan 74% responden yang menyatakan demikian.
Sedangkan di skala global rata-rata hanya ada 33% responden yang menilai pendidikan di negaranya sudah baik, 36% menilai buruk, dan 29% menjawab netral.
Ipsos melakukan survei ini terhadap 23.754 responden yang tersebar di 30 negara pada 21 Juni-5 Juli 2024. Responden dari Indonesia berjumlah 500 orang, dengan rentang usia 21-74 tahun.
(Baca: Angka Partisipasi Sekolah Indonesia Meningkat pada 2024)