Harga minyak mentah Brent berjangka yang dihimpun Investing.com tercatat sebesar US$77,96 per barel pada perdagangan Jumat (17/11/2023) pukul 17.30 WIB.
Meski angkanya masih terus bergerak, harga tersebut mengalami penguatan tipis dari perdagangan sebelumnya yang kerap melesu selama tiga hari beruntun.
Pada Senin (13/11/2023) harganya tercatat sebesar US$82,52 per barel, turun menjadi US$82,47 per US$ pada Selasa (14/11/2023). Angkanya kemudian turun menjadi US$81,18 per barel pada Rabu (15/11/2023).
Harga minyak Brent kemudian anjlok menjadi US$77,42 per barel pada Kamis (16/11/2023). Harga pada perdagangan hari itu menjadi yang terendah sejak Juli dengan rekor yang tak kalah rendah, seperti terlihat pada grafik.
Sementara untuk harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berjangka juga mengalami penguatan 0,56% pada Jumat (17/11/2023) yang menjadi US$73,56 per barel.
Sama seperti Brent, WTI pun mengalami penurunan tiga hari nonstop. Pada Senin (13/11/2023) harganya tercatat sebesar US$78,26 per barel, turun menjadi US$78,26 per barel pada Selasa (14/11/2023).
Harganya kemudian turun lagi menjadi US$76,66 per barel pada Rabu (15/11/2023). Kemudian harganya jeblok menjadi US$73,06 pada Kamis (16/11/2023). Harga perdagangan kemarin menjadi yang terendah, seperti acuan pada Juli 2023.
Penyebab harga minyak sempat turun
Melansir Katadata, investor kini khawatir dengan kondisi permintaan minyak global setelah data ekonomi yang lemah dari Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Phil Flynn, analis Price Futures Group menyebut kekhawatiran itu memberi sentimen negatif terhadap harga minyak mentah dunia.
"Butuh sesuatu untuk mengubah sentimen dan sampai saat itu terjadi, orang akan terus menurunkannya (harga minyak)," kata Phill kepada Reuters, dikutip Jumat (17/11/2023).
Adapun laporan dari AS yang membuat khawatir itu karena klaim tunjangan pengangguran baru meningkat, menjadi level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Ini menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja terus memburuk.
Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) telah memprediksi ketatnya pasokan pada kuartal keempat tahun ini. Namun, data energi AS pada hari Rabu lalu menunjukkan persediaan minyaknya melimpah.
Penurunan harga minyak mentah juga karena kondisi kapasitas pemurnian minyak Tiongkok. Produksinya turun pada Oktober dari puncak bulan sebelumnya karena permintaan bahan bakar industri melemah dan marjin pemurnian menyempit.
Namun, aktivitas ekonomi Tiongkok bangkit pada bulan lalu. Hal ini terlihat dari produksi industri meningkat dengan laju yang lebih cepat dan pertumbuhan penjualan ritel melampaui ekspektasi.
Harga minyak juga terpengaruh kondisi di Timur Tengah. Konflik Israel-Hamas terus memanas di Gaza. Pejabat AS pada hari Rabu lalu mengatakan akan memberlakukan sanksi minyak terhadap Iran, yang telah lama menjadi pendukung Hamas.
(Baca juga: Meski Israel-Hamas Perang, Harga Minyak Dunia Turun pada Oktober 2023)