Jumlah investor di pasar modal Indonesia tumbuh signifikan dalam beberapa tahun belakangan.
Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan paling pesat terjadi pada investor reksa dana dan produk investasi lainnya, yang jumlahnya naik sekitar 1.400% selama periode 2017-2022.
Dalam periode sama, jumlah investor saham dan obligasi korporasi meningkat sekitar 600%. Adapun investor Surat Berharga Negara (SBN) bertambah sekitar 540% dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
Beriringan dengan itu, nilai transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga semakin besar setiap tahunnya.
Pada 2022 rata-rata nilai transaksi saham mencapai Rp14,8 triliun per hari, naik sekitar 157% dibanding tahun 2015, sekaligus menjadi rekor tertinggi baru di dalam negeri.
OJK menargetkan pasar modal Indonesia bisa terus berkembang hingga diisi oleh lebih dari 20 juta investor pada 2027, dengan rata-rata nilai transaksi Rp25 triliun per hari.
Untuk mencapai target tersebut, OJK sudah menyusun sejumlah rencana aksi, mulai dari penyempurnaan regulasi, pengembangan produk investasi, sampai percepatan inovasi layanan keuangan digital.
"Ke depan, masih banyak tantangan lain perlu dicermati. Risiko stagflasi, stabilitas geopolitik, pelemahan perekonomian global, dan berbagai isu non-perekonomian yang unprecedented seperti pandemi yang dapat memberikan spill-over ke pasar modal Indonesia," kata Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, dalam Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023-2027.
"Untuk itu, OJK akan senantiasa bersinergi dan berkolaborasi dengan pemerintah, regulator terkait, serta seluruh stakeholder untuk bersama-sama mewujudkan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien," lanjutnya.
(Baca: Rekor Baru, Transaksi Saham Tembus Rp14 Triliun per Hari pada 2022)