Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, terdapat perbedaan volume limbah yang dihasilkan dengan yang dikelola dari sektor pertambangan, energi, serta minyak dan gas (migas) Indonesia selama 2020-2023.
Pada 2020, volume limbah yang dihasilkan sebanyak 310,65 juta ton dari 929 perusahaan. Adapun limbah yang dikelola hanya 182, 67 juta ton.
Selanjutnya pada 2021, limbah yang dihasilkan tercatat jauh lebih rendah, yakni 54,09 juta ton dari 1.149 perusahaan yang terlibat. Sementara limbah yang dikelola sebesar 50,88 juta ton.
Lalu pada 2022, limbah yang dihasilkan meningkat menjadi 60,13 juta dari 1.238 perusahaan. Limbah yang dikelola cukup mendekati yang dihasilkan, yakni 59,98 juta ton.
Data terakhir pada 2023, limbah yang dihasilkan turun menjadi 58,52 juta ton. Perusahaan yang terlibat meningkat, menjadi 1.362. Sedangkan limbah yang dikelola sebanyak 53,72 juta ton.
Dari data di atas, terlihat bahwa perusahaan sektor pertambangan, energi, dan migas konsisten meningkat setiap tahun selama 2020-2023.
Namun limbah yang dihasilkan dan dikelola berfluktuasi. Volume dan selisih terbesar terjadi pada 2020. Sementara limbah yang dihasilkan dan dikelola dengan selisih paling tipis terjadi pada 2022.
(Baca juga: Sampah Jadi Sumber Emisi Metana Terbesar Indonesia)