Berdasarkan Sustainable Development Goals (SDG), negara-negara dunia memiliki target untuk mengurangi separuh sampah makanan per kapita, serta mengurangi makanan yang terbuang di seluruh rantai pasokan pada 2030.
Karena itu, United Nations Environment Programme (UNEP) menyatakan negara perlu menimbang bobot sampah makanan dengan cermat.
(Baca: Indonesia Buang Jutaan Ton Sampah Makanan, dari Tahap Produksi sampai Konsumsi)
"Untuk mendorong tindakan yang diperlukan dalam pengurangan sampah makanan, penting untuk memahami seberapa banyak sampah makanan yang ada," demikian dikutip dari laporan UNEP, Food Waste Index Report 2024.
"Mengukur sampah makanan memungkinkan negara-negara memahami skala masalah, sekaligus memberi dasar perhitungan untuk mengukur kemajuan," lanjutnya.
Sampai saat ini belum semua negara memiliki data sampah makanan yang lengkap, terutama negara berpendapatan menengah dan rendah.
Kendati begitu, UNEP tetap membuat estimasi sampah makanan per kapita dari sampel yang tersedia di setiap negara.
Berdasarkan sedikit sampel yang ada di Asia Tenggara, Laos menjadi negara penghasil sampah makanan rumah tangga terbanyak, yakni 89 kilogram (kg)/kapita/tahun.
Sementara Indonesia berada di urutan terendah ke-2 Asia Tenggara, dengan volume sampah makanan rumah tangga rata-rata 53 kg/kapita/tahun.
Namun, UNEP melabeli data sampah Asia Tenggara ini dengan "medium confidence" atau "tingkat kepercayaan sedang", karena datanya berasal dari sampel kecil.
Untuk Indonesia sendiri estimasinya hanya dibuat berdasarkan data sampah rumah tangga di Surabaya, Cianjur, Cirebon, Pekalongan, Purbalingga, Buleleng, Karangasem, Bogor, dan Depok.
(Baca: Banyak Makanan Terbuang di Indonesia, Nilainya di Atas Rp200 Triliun per Tahun)