Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, sampai pekan ke-43 tahun ini atau periode Januari-1 November 2024, ada 210.644 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.
Angka tersebut lebih tinggi dibanding kasus DBD sepanjang tahun 2023 yang jumlahnya 114.720 kasus.
Hingga awal November 2024, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus DBD terbanyak, yaitu 53.350 kasus. Jumlahnya setara 25% dari total kasus DBD nasional.
Posisinya diikuti Jawa Timur dengan 25.171 kasus, Bali 14.060 kasus, Jawa Tengah 13.497 kasus, DKI Jakarta 12.402 kasus, dan Banten 12.215 kasus.
Sementara Kemenkes belum menerima laporan kasus DBD di Papua Selatan dan Papua Barat Daya hingga pekan ke-43 tahun ini.
Pada periode sama, Kemenkes mendata ada 1.239 kematian akibat DBD secara nasional. Jawa Barat kembali jadi yang tertinggi dengan 304 kematian, disusul Jawa Tengah 235 kematian, dan Jawa Timur 205 kematian.
Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Yudhi Pramono menyebut, peningkatan risiko demam berdarah ini dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan perubahan iklim di musim penghujan.
"Di Indonesia, penyakit demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan dengan beban penyakit yang cukup tinggi dan sering menimbulkan kejadian luar biasa," kata Yudhi dalam konferensi pers daring, Kamis (14/11/2024).
Salah satu upaya pencegahan DBD yang dilakukan Kemenkes adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik).
"Upaya pencegahan dengue ini akan berjalan optimal bila setiap rumah yang ada ikut berperan rutin melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk," kata Yudhi.
(Baca: Ini Upaya yang Dilakukan Warga untuk Memberantas Sarang Nyamuk)