Naiknya harga komoditas pangan dan energi di pasar global telah memicu inflasi tinggi di kawasan Asia.
Seolah berlomba, bank-bank sentral di negara berkembang Asia pun menaikkan suku bunga acuannya guna meredam inflasi tersebut.
Dalam laporan tambahan Asian Development Outlook (ADO) yang dirilis Kamis (21/7/2022), bank sentral Sri Lanka tercatat telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 1.000 basis points (bps) sejak awal tahun sampai Juli 2022.
Kenaikan tersebut lebih tinggi 950 bps dari kenaikan di periode sama tahun sebelumnya, sekaligus menjadi kenaikan suku bunga terbesar dibanding bank-bank sentral lainnya.
Kemudian bank sentral Pakistan telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 800 bps hingga Juli 2022. Angka tersebut lebih besar 525 bps dari kenaikan tahun sebelumnya.
Bank sentral Kazakhstan juga telah menaikkan suku bunganya sebesar 500 bps, bank sentral Armenia 400 bps, dan bank sentral Georgia 300 bps.
Berikutnya bank sentral Nepal menaikkan suku bunganya sebesar 250 bps, bank sentral Uzbekistan 200 bps, bank sentral Korea Selatan 175 bps, serta bank sentral Azerbaijan dan Hong Kong masing-masing menaikkan suku bunganya 150 bps.
Sedangkan Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 20-21 Juli 2022 memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga BI7DRR di level 3,5%.
BI mempertahankan suku bunganya di level tersebut untuk yang ke-17 kalinya sejak tahun lalu, dengan alasan inflasi inti yang masih terjaga serta untuk menjaga pemulihan ekonomi domestik.
Berikut rincian laju inflasi tahunan negara-negara Asia per Juni 2022 atau data terakhir yang tersedia:
- Sri Lanka: 45,3% (yoy)
- Pakistan: 21,3% (yoy)
- Laos: 23,6% (yoy)
- Mongolia: 15,2% (yoy)
- Kazakhstan: 14,5% (yoy)
- Azerbaijan: 13,7% (yoy)
- Indonesia: 4,35% (yoy)
(Baca: Terdampak Invasi Rusia, Inflasi di Eropa Melambung)